
Hikmah
16 Aug 2022, 03:30 WIB

“Hakikat dari kemerdekaan bukan semata mampu membebaskan diri dari cengkeraman penjajahan bangsa asing”
OLEH MOCH HISYAM
Dengan diraihnya kemerdekaan bangsa ini pada 17 Agustus 1945, bukan berarti perjuangan kita membangun diri dan bangsa ini telah usai. Justru, kemerdekaan yang telah kita raih itu merupakan awal, pintu gerbang atau jembatan emas untuk meraih kemerdekaan yang hakiki.
Hakikat dari kemerdekaan bukan semata mampu membebaskan diri dari cengkeraman penjajahan bangsa asing. Namun, kemampuan untuk membebaskan diri dari belenggu hawa nafsu yang mencengkram jiwa dan melepaskan ketergantungan kepada selain Allah Ta’ala.
Meraih kemerdekaan hakiki merupakan misi Islam. Misi ini telah dijalankan oleh Rasulullah SAW. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilan beliau mengantarkan negeri Madinah meraih kemakmuran dan kesejahteraannya.

Demikian pula dengan keberhasilan beliau memerdekakan Makkah dari cengkeraman kafir Quraisy serta meruntuhkan kejahiliyahan dengan hidayah.
Dikatakan berhasil meraih kemerdekaan yang hakiki karena kesejahteraan, kedamaian, dan keamanan yang meliputi diri, masyarakat, dan bangsa, semua itu menjurus kepada tercapainya hakikat dari kemerdekaan.
Oleh karena itu, ada lima kemerdekaan yang harus kita raih setelah kita merdeka dari penjajahan bangsa lain agar kita mampu meraih kemerdekaan yang sesungguhnya, kemerdekaan yang benar-benar merdeka.

Pertama, merdeka dari belenggu hawa nafsu. Allah SWT berfirman, “Adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS an-Nazi’at: 40-41).
Kedua, merdeka dari perilaku dan akhlak tercela. Rasulullah SAW bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR Abu Dawud).
Ketiga, merdeka dari budaya dan pandangan hidup hedonisme yang mengarah kepada semata-mata memburu kenikmatan duniawi sesaat secara berlebih-lebihan.
”Barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada hatinya, memudahkan urusannya dan dunia (yang hina ini) akan datang kepadanya (dengan sendirinya).” (HR at-Tirmidzi).

Keempat, merdeka dari praktik syirik dalam segala bentuknya. “Jauhilah tujuh dosa yang membinasakan (al-mubiqat).” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa saja dosa yang membinasakan tersebut?”
Beliau bersabda, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang haram untuk dibunuh kecuali jika lewat jalan yang benar, makan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan qadzaf.” (HR Bukhari dan Muslim).
Kelima, kemerdekaan bangsa dan diri bebas dari belenggu bangsa asing baik di bidang politik, ekonomi, pendidikan, budaya, dan pertahanan.

Untuk itu, mari kita jadikan momentum peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-77 ini menjadi awal, pintu gerbang atau jembatan emas bagi kita semua untuk berupaya meraih kemerdekaan yang hakiki.
Semoga Allah SWT menguatkan dan memampukan kita baik sebagai pribadi maupun bangsa untuk meraih kemerdekaan dari belenggu hawa nafsu, cengkeraman akhlak tercela, terbebas dari pandangan hedonisme, sehingga kesejahteraan, kedamaian, dan keamanan dapat kita rasakan sebagai pertanda kita telah meraih kemerdekaan yang hakiki. Amin.
Wallahu a’lam.
******
Republika.co.id/Fotografer : Abah John.