Garut News ( Ahad, 23/08 – 2015 ).

Meski selama ini Kabupaten Garut, Jawa Barat, dikenal memiliki ragam potensi wisata alam memesona dengan pelbagai jenis produk komoditas bernilai ekonomi. Termasuk domba, jeruk, dodol, dan jaket Kulit Sukaregang menjadi ikon kabupaten setempat.
Namun juga bermunculan potensi produk kopi termasuk batu akik Garut. Bahkan sebagai daerah berkawasan hutan terluas dibandingkan kabupaten lain di Jabar, Garut pun memiliki banyak potensi ekonomi tersembunyi, malahan nyaris terlupakan.
Di antaranya potensi madu, salah satu dari tiga produk unggulan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Kabupaten Garut.
Lantaran pembudidayaan lebah madunya masih bersifat home industri dan tersebar pada sejumlah titik lokasi, terutama di wilayah selatan Garut, sehingga produktivitasnya masih terbatas.
Tak terdapatnya tenaga ahli perlebahan, dan kurangnya promosi lebah madu, menjadi kendala tersendiri pengembangan budidaya lebah madu di Garut.
Padahal banyak kalangan menilai kualitas madu Garut memiliki nilai jual tinggi juga berdaya saing dengan daerah lain. Sehingga, madu Garut selama ini lebih banyak dipasarkan ke luar daerah berbentuk curah kemudian diproduksi lagi oleh pihak lain dengan kemasan dan merek lain pula.
“Memang madu Garut kurang promosi. Padahal produksinya lumayan meningkat menjadi sekitar satu ton per tahun, dan selama ini dipasok ke Batam, Bandung, Bogor, dan daerah lain. Kebanyakan mereka beli curah dan dipasarkan dengan merek sendiri. Termasuk madu-madu olahan campuran obat-obat herbal,” kata pengusaha madu Garut juga pengelola kerajinan batu akik, Abey, Ahad (23/08-2015).
Ungkapan senada dikemukakan peternak sekaligus pengusaha lebah madu asal Cikondang Cisompet, Aep. Pengalamannya selama sekitar 30 tahun membudidaya ternak lebah madu mendorongnya berupaya memasarkan madu dengan kemasan sendiri guna dijual langsung pada konsumen.
Mulai ukuran botol kecil, besar, hingga kemasan toples dengan sarang lebahnya. Produk madu pun beragam, mulai madu kuning, madu hitam/odeng, madu pahit, dan madu putih.
Madu kuning atawa coklat muda dihasilkan dari lebah ternak berpakan dari nektar bunga kaliandra. Madu pahit dari lebah ternak berpakan nektar bunga mahoni. Sementara madu hitam dari odeng atau lebah liar berpakan nektar beragam bunga tanaman hutan. Sedangkan madu putih dari teuweul.
“Orang tahu atau biasa mengonsumsi madu, pasti tahu persis jaminan kualitas keaslian dan kelebihan madu Garut ini. Salah satunya bisa dicoba, satu sendok madu dikucurkan ke piring, diberi air, lalu digoyang-goyang. Itu membentuk lukisan kotak-kotak segi enam sarang tawon atau sarang lebah. Disimpan di lemari es lebih tiga jam juga takkan mengkristal,” kata Aep.
Upaya lebih mengenalkan madu Garut, Aep pun membangun lokasi peternakan lebahnya di Cikondang berkonsep wisata lebah. Di sana pengunjung bisa menyaksikan langsung peternakan lebah dan proses produksi madunya di lokasi sarat keindahan panorama alam hutan selatan Garut.
Kabid Pemanfaatan dan Usaha Hasil Hutan pada Dishut Garut Dadang Sofian R mengakui, salah satu kelemahan pengembangan budidaya ternak lebah di Garut, belum adanya tenaga ahli perlebahan, baik pada kelompok peternak maupun lingkungan dinas.
Jumlah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dishut hanya 13 unit tersebar di 42 kecamatan. Sehingga sangat mungkin potensi maupun data riil budidaya lebah tak terdata seluruhnya.
Usaha budidaya lebah madu di Garut tersebar antara lain di Kecamatan Cisompet, Garut Kota, Cilawu, Cisurupan, Samarang, Pasirwangi, Talegong, Bungbulang, Mekarmukti, Cisewu, Sucinaraja, dan Karangtengah.
Produksi madu yang dihasilkan pada 2014 tercatat mencapai sekitar 632,20 liter dari sebelumnya 478.70 liter pada 2013.
“Rata-rata masih usaha rumah tangga atau dikonsumsi sendiri. Produksinya kecil, sangat tergantung pada sumber pakan dan air berkelanjutan. Rata-rata diternakkan lebah lokal, dan kotak stup tempat tinggal koloni lebih pun dimodifikasi disesuaikan karakter dan kemauan lebahnya sendiri. Seperti drum dari batang pohon aren. Kadang koloni lebah diternakkan untuk memenuhi kebutuhan pakannya,” ungkap Dadang.
Guna mengoptimalkan budidaya lebah serta mengatasi persoalan standardisasi minimal budidaya lebah madu, kata Dadang, pihaknya terus berupaya menyiapkan SDM ahli perlebahan, dan melakukan pengkajian kawasan mana saja di Garut laik dikembangkan budidaya lebah madu.
********
Noel, jdh