Garut Darurat Pornografi

0
476 views

Oleh ; Rostati, S.Pd Guru B. Indonesia

Garut News ( Senin, 09/12 ).

Rostati, S.Pd (Foto : Ist).
Rostati, S.Pd (Foto : Ist).

Kini giliran Kota Garut terkenal dengan “Garut Bangkit, Garut Berprestasi” kembali tercoreng perilaku pada video mesum remaja SMP Malangbong beredar luas, dan menghebohkan penduduk.

Sebelumnya peristiwa serupa terjadi di Jakarta, pelajar SMPN  melakukan adegan mesum di sekolah sambil ditonton, dan diabadikan teman-temannya.

Bahkan tak hanya itu, seorang pelajar SMP menjdi mucikari bagi teman-teman SMP nya.

Garut, dahulu nyantri kini nampak liberal, terutama para remajanya terkoyak akhlak dan kepribadiannya.

Pada setiap kampung, sepanjang tempat hiburan, perbelanjaan, sarat orang terutama remaja  berpacaran setengah telanjang dengan beragam adegan, mendorong terjadinya perzinahan, kehamilan, tindakan aborsi.

Fenomena ini, menambah suramnya masa depan mereka.

Tetapi anehnya kemaksiatan tersebut, dianggap biasa, masyarakat Garut  pun bagian dari negeri penganut Demokrasi kapitalis ini, tergerus menjadi masyarakat sakit.

Berdasar hasil survei secara umum oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2010, menunjukkan 32% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Sungguh memprihatinkan memang, anak-anak dan remaja seharusnya mereka giat belajar mencapai cita-citanya malahan terjerumus perbuatan dosa  dimana sistem pendidikan jauh dari ajaran Islam, melahirkan remaja berkonsep hidup salah.

Disamping banyaknya sarana merangsang munculnya naluri seksual, tak terlepas dari sistem sekular liberal diterapkan saai ini.

Tingginya perilaku seks bebas  masuki tahapan  “AWAS” di negeri ini, termasuk  kabupaten kecil  Garut, perilaku ini berimbas pada bertambahnya jumlah pengidap HIV/AIDS.

Menurut data resmi Kemenkes RI, triwulan kedua 2011. Tercatat remaja terkena  AIDS  sekitar 26.483.

Kelompok berumur  20-29 mencapai 36,4 % dan kelompok  berumur  30-39 terdapat 34,5%.

Karena itu, Pemerintah  berinisiatif sebagai wujud kepedulian terhadap HIV dan AIDS  melalui Komisi Penanggulangan AIDS Nasional  (KPAN) bersama DKT   Indonesia,  dan Kemenkes  menggelar  Pekan Kondom Nasional (PKN) pada 1 Desember hingga 7 Desember.

Disebutkan, terdapat pembagian kondom gratis pada acara tersebut.

PKN mengusung tema “Protect Yourself, Protect  Your Partner”.

Meningkatkan efektifitasnya, Sekretaris KPAN, Kemal Siregar berpendapat penggunaan kondom bagi kesehatan masyarakat cakupan sasarannya perlu diperluas.

Program komdomisasi mulai digencarkan pemerintah era Menkes Nafsiyah Mboi, terbukti Kemenkes menjalankan program pembagian kondom pada kalangan pelaku seks beresiko tinggi, para pria pelanggan prostitusi.

Dan upaya pemerintah ini semakin gencar memerluas program penyebaran kondom ini pada remaja.

Menurutnya, memermudah akses remaja mendapatkan kondom diharapkan bisa  menekan angka aborsi dan kehamilan tak diinginkan.

Solusi praktis ditawarkan pemerintah ini, jelas menyesatkan dan membodohi masyarakat, lantaran  di antaranya, pertama, program ini tak menyelesaikan akar masalahnya.

Akar masalahnya bukan karena tak menggunakan kondom, melainkan perilaku seks bebas.

Maka kampanye kondom sama artinya, menyuruh masyarakat terutama remaja “silahkan melakukan seks bebas termasuk zina asal pakai kondom.”

Secara tak langsung negara telah mensponsori seks bebas.

Kedua, Menurut hasil penelitian ilmiah pada Konferensi AIDS Se-dunia di Chiangmai, Thailand 1995, diumumkan, kondom tak bisa mencegah penularan HIV/AIDS.

Sebab, ukuran pori-pori kondom 1/60 mikron berkondisi normal, dan membesar menjadi 1/6 mikron saat dipakai.

Jelas virus HIV sangat mudah keluar masuk melalui pori-pori kondom.

Sehingga kondomisasi tak bisa menangkal penularan HIV/AIDS.

Selain itu, peluang kondom rusak seperti di AS, dua dari 100 kondom ditemukan rusak lantaran penyimpanan salah, dan pemakaian salah serta tak sedikit pelaku seks bebas menolak memakai kondom.

Ketiga, program kondomisasi justru menyuburkan perilaku seks bebas.

Para pelaku justru mendapat pembenaran melakukan perzinaan, yang penting aman (pakai kondom), pikir mereka.

“Solusi benar, dan berkah”

Inilah, beberapa sudut di Kawasan Alun-Alun Garut, Kerap Dijadikan Sarana "Mojok" Pasangan Kalangan Pelajar. (Foto : John).
Inilah, beberapa sudut di Kawasan Alun-Alun Garut, Kerap Dijadikan Sarana “Mojok” Pasangan Kalangan Pelajar. (Foto : John).

Karena  negeri Muslim Indonesia ini   menerapkan sistem Demokrasi  sekular, seperti halnya Barat, maka apapun solusi barat seperti program kondomisasi senatiasa dicontek, meski menghancurkan Umat Islam.

Atas nama hak asasi  pemerintah negeri ini bahu-membahu bersama AS memaksa masyarakat melegalkan seks bebas, dan pelacuran.

Kondomisasi, program buruk, untungkan kapitalis dan musuh Islam, akar masalahnya sekularisme dan sistem kapitalisme diterapkan.

Karena itu, sistem ini kudu dicampakan diganti sistem Islam, dimana Islam masyarakat hidup dalam tatanan sosial benar.

Pria dan perempuan tak bercampur dan tidak bergaul bebas, free-sex dianggap penyakit sosial, niscaya masyarakat hidup tenang.

Beragam penyakit menular seksual  juga tak mewabah.

Namun apabila tatanan sosial rusak, dimana pria dan perempuan dibiarkan bergaul bebas tanpa batas, perzinahan dianggap lumrah, maka beragam penyakit melanda.

Nabi saw. Bersabda: “…tidaklah tampak perzinahan pada suatu kaum sehingga mereka berani terang-terangan melakukannya, melainkan akan menyebar di tengah mereka penyakit tha’un dan penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa umat-umat yang telah lalu…” (Hr. Ibnu Majah, al Hakim, al-Baihaqi).

Islam mewajibkan negara menanamkan keimanan, dan membina ketakwaan dan rasa takut pada azab Allah dalam diri masyarakat.

Pada masyarakat ditanamkan kejinya perbuatan zina, dan besarnya azab Allah bagi pelakunya (Q.s al- Isra’ [17]:32).

Juga kudu dipahamkan, zina dan seks bebas merusak tatanan masyarakat, serta menghancurkan nilai-nilai keluarga.

Tindakan preventif ini, dilakukan sistematis dan multi dimensi.

Faktor ekonomi  diselesaikan melalui sistem ekonomi Islam mendistribusikan kekayaan secara adil, dan merata.

Sistem pendidikan berbasis aqidah Islamiyyah membentuk pribadi muslim.

Sistem pergaulan Islam menjauhkan faktor-faktor pemicu ke arah pergaulan bebas.

Rasa keadilan terutama bagi korban kejahatan seksual dijamin melalui sistem uqubat Islam.

Pintu pernikahan pun dipermudah termasuk bagi kaum muda.

Sistem Islam sanggup meminimalkan faktor penyebab seks bebas.

Pelaku seks bebas dijatuhi sanksi sesuai kemaksiatannya menimbulkan efek jera bagi publik.

Pelaku zina jika belum menikah kudu dijilid 100 kali.

Yang sudah menikah kudu dirajam sampai mati.

Pelaku homoseksual dijatuhi hukuman mati.

Maka, hanya sistem Islam bisa menyelamatkan masyarakat dari seks bebas, dan berbagai penyakit akibat seks bebas.

Di antaranya penyakit menular termasuk HIV/AIDS.

Itulah sistem al-Khilafah AR-rasyidah mengikuti manhaj kenabian.

Mari kita  perjuangkan bersama.. Wallahu’alam.

***** Editor : John.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here