Esay/Foto : John Doddy Hidayat.
Garut News ( Selasa, 11/08 – 2015 ).

Meski masih berada pada lintasan kawasan hulu sungai, tetapi debit aliran Sungai Cimanuk di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (11/08-2015), berkondisi kritis atawa menjadi hanya sekitar 750 liter/detik.
Padahal pada kondisi normal ketinggian air sekurangnya bisa mencapai 40 cm berdebit air 6 m3/detik maupun 6.000 liter/detik.

Lantaran kemarau panjang, maka saat ini ketinggian airnya hanya lima centimeter dengan debit sekitar 2,4 m3 atawa sekitar 750 liter/detik, ungkap Kepala Bidang Konservasi Pengembangan Sumber Daya Air pada Dinas “Sumber Daya Air dan Pertambangan” (SDAP) kabupaten setempat, M. Iwan S. Wiradisastra.
Penurunan debit air mencapai 5.250 liter/detik tersebut, antara lain berakibat tak berfungsi atau keringnya tiga sungai pemasok “Daerah Irigasi” (DI) teknis, terdiri Cipacing, Cipeujeuh, serta Cimaragas, dengan cakupan areal persawahan sekurangnya seluas 700 hektare.
Sebab kata dia, sumber airnya yang kritis, sehingga solusi sementara dengan menerapkan sistem gilir – giling pembagian air, serta menanam tanaman tak memerlukan genangan air, imbuh Wiradisastra.

Sedangkan penanganan jangka panjangnya antara lain meningkatkan kualitas kelestarian lingkungan pada hulu sungai termasuk sepanjang lintasan “Daerah Aliran Sungai” (DAS) Cimanuk, imbuhnya pula.
Kemarau saat ini, juga menjadi penyebab sebagian besar wilayah di kabupaten itu, diranggas kekeringan juga kesulitan air.
Bahkan dari 42 wilayah kecamatan, terdapat 40 kecamatan di antaranya mengalami kekeringan, penyebab ribuan hektare sawah terancam gagal panen. Serta banyak penduduk menjadi kesulitan peroleh pasokan air bersih pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.

Jika seluruh lintasan Sungai Cimanuk mengalami kekeringan atawa kritis, dipastikan beberapa kabupaten di Pantura terimbas dampaknya, termasuk pada pemenuhan kebutuhan air Waduk Jatigede.
Kemarau panjang menyebabkan pula seputar titik lokasi Gunungapi Papandayan, dan Gunungapi Guntur mengalami kebakaran.
*******