
“Teroris Zionis Gempur Gaza, Gempur Balik Dengan Semangat Sedekahmu”
Garutnews ( Kamis, 20/05 – 2021 ).
Umat Islam dari beragam komponen dan elemen di Kabupaten Garut meradang, lantaran keempat kalinya selama rentang waktu 13 tahun terakhir Israel melancarkan serangan militer ke wilayah Palestina di Gaza.
Agresi militer sejak 10 Mei 2021 tersebut, kelanjutan konflik permukiman Yahudi di kawasan Sheikh Jarrah, Yerusalem, berbuntut penyerangan jamaah Masjid al-Aqsha oleh militer Israel. Menjadikan Darurat Palestina mencekam.
Pada aksi Bela Palestina di Alun Alun Garut, Kamis (20/05-2021), di antaranya diwarnai do’a bersama kepada para Shuhada yang gugur atas kebengisan teroris zionis, shalat ghaib berjamaah di Masjid Agung Garut dengan Imam KH. Cecep Abdul Halim, Lc.

Cecep Abdul Halim juga antara lain sangat menyesalkan, adanya pernyataan Palestina dan Israel bukan urusan Indonesia, melainkan urusan mereka, bangsa Arab dan Yahudi.
Dia sangat mengecam keras pernyataan tersebut, di tengah penjajahan Israel dan penderitaan Warga Palestina. Bahkan bersamaan dengan ratusan ribu penduduk di berbagai penjuru dunia angkat suara membela Palestina.

Kondisi itu diperparah pula justru tak membela Warga Indonesia yang kehilangan lapangan pekerjaan akibat tergerus kedatangan orang asing dari China di tengah pelarangan mudik Lebaran.
Pimpinan Ponpes Attariq, Ustaz Ibang pun lantang berorasi Bela Palestina. Mengajak berempati terhadap berkepanjangannya penderitaan Warga Palestina selama ini akibat penjajahan zionis Israel.
“Amanat Konstitusi”

Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI juga turut menanggapi pernyataan Jenderal (Purn) AM Hendropriyono soal Palestina. Sebelumnya, Hendropriyono menyatakan Palestina dan Israel bukan urusan Indonesia, melainkan urusan mereka, bangsa Arab dan Yahudi.
“Bagi saya itu (pernyataan Hendropriyono) suatu hal yang menyedihkan, mengingat beliau tokoh nasional,” kata Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI, Bunyam Saptomo kepada Republika, Kamis (20/5).

Bunyam menyampaikan, semua tahu bahwa pimpinan nasional Indonesia yakni Presiden Joko Widodo dan Menlu menetapkan kebijakan membela bangsa Palestina yang masih menderita karena penjajahan zionis Israel. Dasar pembelaan kepada Palestina amanat konstitusi, yakni melawan penjajahan dan membela kemanusiaan serta keadilan.
Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional MUI juga menanggapi munculnya netizen Indonesia yang membela Israel. Bunyam mengatakan, melihat ada upaya Israel dan kaki tangannya untuk menggiring opini mendukung Israel. Ini merupakan upaya terstruktur dari zionis Israel dalam perang opini.

“Oleh karena itu, saya menyerukan kepada umat Islam untuk berpartisipasi dalam perang opini global melawan narasi zionis dan islamophobia,” ujarnya.
Bunyam mengajak setiap Muslim menggunakan jarinya untuk memencet gadget dalam upaya jihad menyebarkan kebenaran melawan zionis dan islamophobia. InsyaAllah setiap ketukan jari ini akan memperoleh pahala dari Allah SWT.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum MUI, Buya Anwar Abbas menyampaikan catatan untuk orang-orang yang tidak peduli terhadap nasib rakyat Palestina. Ia juga menjelaskan hubungan masalah yang dihadapi bangsa Palestina dan jati diri bangsa Indonesia.
Di akhir catatannya, Buya Anwar menegaskan, kalau ada orang yang menganjurkan agar bangsa Indonesia tidak perlu peduli terhadap nasib rakyat Palestina yang dijajah dan dibantai oleh Israel secara semena-mena. Maka pandangan yang seperti itu jelas-jelas tidak sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia yakni Pancasila terutama sila keduanya yaitu sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

“Dan juga pandangan yang seperti itu menurut saya menunjukkan bahwa yang bersangkutan tidak paham dan tidak mengerti dengan baik amanat yang ada dalam konstitusi negara kita terutama yang terkait dengan alinea pertama yang terdapat dalam mukadimah atau pembukaan UUD 1945,” ujarnya.
Fitriyan Zamzami, Wartawan Republika. Menulis, Tak dinyana, bahkan penjajahan Israel dan penderitaan warga Palestina masih saja dicemari polarisasi di Tanah Air. Saat ratusan ribu di berbagai penjuru dunia angkat suara membela Palestina, di Tanah Air masih menguar suara-suara sinis, mengapa bantu orang-orang di Palestina? Di sini kan banyak yang susah juga!”

Akan coba saya jelaskan betapa konyolnya pertanyaan tersebut. Pertama, kita orang Indonesia mau dia Muslim, Kristen, Buddha, Hindu, Konghucu, yang berpenghasilan sudah bayar pajak ke negara setiap tahun. Uang itu, janjinya pemerintah dari zaman kemerdekaan sampai sekarang, buat pendidikan, buat kesehatan, buat memelihara anak telantar dan orang miskin, buat kesejahteraan rakyat sepenuhnya.
Jadi jika kita melihat berbagai ketimpangan di Tanah Air, pertanyaan ini lebih tepat ditanyakan juga ke pemerintah: “Duit gua lu kemanain?”
Kedua, menurut Badan Amil Zakat Nasional, pada 2020 lalu (ingat ini saat pandemi dimulai); dana zakat, infak, sedakah, dan wakaf (Ziswaf) yang digelontorkan umat Islam Indonesia totalnya Rp 12,5 triliun. Jumlah ini naik dari tahun sebelumnya yang nilai totalnya Rp 10,6 triliun.
Tahun ini, bahkan dengan pandemi yang belum kelar, jumlahnya diperkirakan melonjak lagi menjadi Rp 19,8 triliun! Dompet Dhuafa, lembaga filantropi yang lahir di Republika, sendirian bisa mengumpulkan Rp 260 miliar pada 2020 lalu.
Ingat juga, ini baru yang terdata. Sementara, pendataan tersebut baru mencakupi sekitar 60 persen dari yang sebenarnya dikucurkan masyarakat.
Kita banyak tak tahu fakta ini karena kebanyakan Muslim tak pamer sumbangan di Youtube macam selebritas-selebritas itu. Mereka masih berpegang dengan prinsip bahwa sebaiknya tangan kiri tak tahu saat tangan kanan kasih bantuan.
Dana itu dipakai buat banyak hal. Di antaranya mendanai pembangunan rumah sakit, sekolah, modal UMKM, pemberdayaan kaum disabilitas, penanganan bencana, pengentasan kemiskinan, mengangkat derajat mustadafin, pembangunan rumah bacaan, mengalirkan air bersih, membantu petani dan nelayan, bahkan buat patungan beli kapal selam untuk TNI! Dan, penerimanya juga tak eksklusif orang Islam saja.
Mau tahu total gabungan dana bantuan dari masyarakat Indonesia dan pemerintah buat Palestina? Pada 2018, merujuk keterangan Kementerian Luar Negeri, senilai Rp 106,2 miliar saja. Februari tahun ini, yang digelontorkan baru sekitar Rp 32 miliar. Anak kecil yang baru belajar berhitung saja paham, angka itu jauh dari total nilai Ziswaf dalam negeri.
Ketiga, dengan keadaan yang bertahun-tahun penuh nelangsa itu juga, warga Palestina rutin kirim bantuan saat Indonesia kena bencana. Ada cerita pada Januari 2020 lalu, seorang perempuan Palestina kirim Rp 34 juta untuk korban banjir Jakarta. Sedikit? Wallahi, saya pernah tanya warga Gaza di Jeddah bahwa uang sebegitu kurang Rp 6 juta saja dari tabungan seumur hidup yang biasa dipakai naik haji.
Jadi, bolehlah disetop nyinyirnya bagi orang-orang yang membantu saudara-saudara di Palestina. Pada akhirnya, kami satu badan. Mereka sakit di sana, sakit juga kami di sini!
*****
Republika.co.id/Ilustrasi Fotografer : Abah John.