“Paling Banyak Akibat Penyalahgunaan Narkoba, Peranan BNNK Garut Makin Banyak Dipertanyakan”
Garut News ( Selasa, 02/12 – 2014 ).

Pemerintah perlu berkampanye besar-besaran dalam memerangi penyebaran virus HIV yang menggila.
Tak cukup dilakukan pada saat peringatan Hari AIDS se-Dunia, yang jatuh pada 1 Desember, kampanye pencegahan penularan virus ini kudu dilakukan terus-menerus.
Dari Januari hingga September tahun ini, tambahan pengidap human immunodeficiency virus (HIV) di Indonesia mencapai 22.867 orang.
Pada kurun yang sama, tambahan pengidap acquired immune deficiency syndrome (AIDS) sebanyak 1.876 orang.

Secara kumulatif, sejak 1987, pengidap HIV yang dilaporkan sekitar 150 ribu dan AIDS sebanyak 55 ribu orang.
Adapun yang meninggal mencapai 9.796 orang.
Menurut catatan Joint United Nations Programme on HIV/AIDS, jumlah orang terinfeksi HIV di Indonesia pada 2014 meningkat 48 persen sejak 2005.
Padahal tren penyebaran virus di dunia cenderung menurun. Karena itu, pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla harus bergerak cepat membendung virus HIV.
Apalagi, korbannya meluas, dari anak-anak usia di bawah lima tahun hingga penduduk usia produktif.
Hingga kini, sebanyak 1.206 anak usia di bawah lima tahun mengidap AIDS. Terbanyak pada usia 20-29 tahun, mencapai 18.352 orang, disusul usia 30-39 tahun sebanyak 15.890 orang.
Jumlah pengidap HIV terbanyak berada di Provinsi DKI Jakarta mencapai 32.782 orang. Adapun provinsi dengan jumlah pengidap AIDS terbanyak Papua, yakni 10.184 orang.
Papua memiliki prevalensi AIDS tertinggi di Indonesia, yakni 359 kasus per seratus ribu penduduk.
Upaya Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek serta Menteri Hukum dan HAM Yasonna H. Laoly, yang berkampanye anti-HIV/AIDS di penjara, cukup bagus.
Penyebaran virus HIV di lembaga pemasyarakatan memang meningkat tajam. Sementara pada 2011 jumlah pengidap virus itu baru 36.759 orang, kini sudah mencapai 56.877 orang atau naik 55 persen.
Diperkirakan, penularan HIV di penjara melalui pemakaian narkotik lewat jarum suntik dan hubungan seks.
Masyarakat umum perlu juga waspada karena mulai terjadi pergeseran cara penularan virus HIV.
Dalam kasus di Provinsi DKI, misalnya, penularan lewat jarum suntik menurun dari 68 persen menjadi 40 persen pada tahun ini.
Tetapi penularan HIV dari suami justru meningkat dari 38 persen menjadi 40 persen. Dengan kata lain, pencegahan virus ini harus dimulai pula dari keluarga.
Pemerintah Jokowi bisa pula meniru negara tetangga mengawasi ketat penyebaran HIV. Di Malaysia, ada kewajiban bagi pasangan akan menikah untuk bebas HIV/AIDS.
Di Thailand, para pekerja seks mensyaratkan penggunaan kondom bagi para pelanggannya.
Kebijakan seperti itu tentu mengundang pro-kontra. Tugas pemerintah pusat dan daerah menyadarkan masyarakat negara kita benar-benar darurat HIV/AIDS.
Kita semua mesti bergerak serentak membendung virus ini.
***** Opini/Tempo.co
“Paling Banyak Akibat Penyalahgunaan Narkoba, Peranan BNNK Garut Makin Banyak Dipertanyakan”

Dari sedikitnya 393 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Garut, Jawa Barat, terdapat sekurang-kurangnya 180 penderita di antaranya lantaran menggunakan jarum suntik Narkoba, atawa penasun.
Mereka yang didera jenis penyakit tersebut, selama ini memang paling banyak akibat penyalahgunaan Narkoba, ungkap Koordinator “Sauyunan Peduli AIDS” (SaPA) kabupaten setempat, Agus Hermawan, HKS kepada Garut News, Rabu (12/11-2014).
Disusul 11 penderita disebabkan “Laki-laki Sek Laki laki” (LSL), juga 11 penderita Waria, satu penderita berprofesi WTS, 45 penderita pria berisiko tinggi, 119 penderita pasangan berisiko tinggi (ibu rumah tangga) termasuk enam pria.
Kemudian 15 penderita mendera anak (prinatal), serta masih terdapat sedikitnya lima penderita belum terdeteksi penyebabnya.
Dikemukakan Agus Hermawan, dari 393 kasus hingga akhir September 2014 ini, terdiri 102 penderita HIV, dan 291 penderita AIDS.
Hingga kini, terdapat 134 penderita HIV/AIDS itu, telah meninggal dunia.
Namun dari sebanyak 250 ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) tersebut, yang kini menjalani therafi ARV hanya 194 penderita.
Sehingga masih terdapat 65 penderita hingga kini tak menjalani therafi ARV, ungkap Agus Hermawan pula.
Dikemukakannya, terdapat seorang penderita AIDS dan dua HIV berusia 0-1 tahun, kemudian tiga penderita HIV dan sepuluh AIDS berusia 1-5 tahun, disusul seorang penderita HIV dan tiga AIDS berusia 6-9 tahun.
Kemudian terdapat 16 penderita AIDS dan tiga HIV berusia 10-24 tahun, ada pula 230 penderita AIDS dan 81 HIV berusia 25-39 tahun.
Selanjutnya 28 penderita AIDS dan sepuluh penderita HIV berusia 40-49 tahun, serta tiga penderita AIDS berusia 50-59 tahun.
Di Garut dan sekitarnya sekarang ini, terdapat sedikitnya 400 WTS yang kerap bertransaksi badani, juga terdapat sedikitnya pula empat ribu gay, serta tiga ribuan anak jalanan.
Sehingga permasalahan sosial di daerah ini nyaris tak pernah tuntas tertanggulangi, bahkan cenderung meningkat.
Karena itu antara lain diperlukan penguatan informasi termasuk sosialisasi yang masif, mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba, serta perlunya perilaku hidup bersih dan sehat.
“Peranan BNNK Garut Banyak Dipertanyakan”

Diketemukannya kembali yang kelima kalinya ladang ganja di Garut, banyak kalangan masyarakat memertanyakan kembali pula peranan “Badan Narkotika Nasional Kabupaten” (BNNK) setempat.
Juga peranan Perum Perhutani, yang selama ini kawasannya terindikasi kuat kerap dijadikan produsen budidaya tanaman ganja.
Semakin banyak beragam komponen dan elemen masyarakat, memertanyakan pula jangan sampai kehadiran BNNK terindikasi hanya banyak menghambur-hamburkan anggaran negara, yang juga uang rakyat jelata.
*******
Esay : John Doddy Hidayat.