Bupati Mengaku Berkewajiban Buktikan Garut Tak Tertinggal

0
295 views

Garut News ( Ahad, 02/11 – 2014 ).

Dedi Hidayat Sambut Kehadiran Bupati Rudy Gunawan di Pontren Al-kautsar, Ahad (02/11-2014).
Dedi Hidayat Sambut Kehadiran Bupati Rudy Gunawan di Pontren Al-Kautsar, Ahad (02/11-2014).

Bupati Rudy Gunawan mengaku, dirinya berkewajiban membuktikan kini Kabupaten Garut tak lagi berstatus daerah tertinggal.

Melainkan menjadi daerah yang sejajar dengan kabupaten lain, ungkap bupati pada Semarak Muharram 1436 H dan Milad XV Pontren Al-Kautsar, di Kampung Papandak Desa Sukamenak Kecamatan Wanaraja, Ahad (02/11 – 2014).

Dikemukakan, dari sekitar 2,9 juta penduduknya dengan 700 ribu bangunan, terdapat 100 ribu bangunan berkondisi “rumah tak layak huni” (RTLH), yang jika tak diperbaiki bisa melanggar “hak azasi manusia” (HAM), katanya.

KH. Halim Basarah dan Rudy Gunawan Pada Semarak Muharram dan Milad XV Pontren Al-Kautsar.
KH. Halim Basarah dan Rudy Gunawan Pada Semarak Muharram dan Milad XV Pontren Al-Kautsar.

Sedangkan permasalahan lain, terdapat pula 200 ribu rumah penduduk tak memiliki jamban keluarga atawa MCK, 400 ribu berkondisi keluarga tak mampu, serta terdapat 16 ribu penduduk lanjut usia yang kini hidup terlantar.

Pada bagian lain dikatakan Rudy Gunawan, dialokasikan dana bantuan Rp100 juta guna membangun masjid di lingkungan Pontren Al-Kautsar.

Asalkan para santri bersama masyarakat setempat bersedia bergotong royong menanam 500 pohon, serta membuat 500 lubang biopori, lantaran pada 2015 mendatang diprogramkan pembuatan satu juta biopori serta hingga 2019 sebanyak lima juta lubang biopori di seluruh kabupaten ini.

Para Janda Berusia 60 Tahun Terhara Peroleh Santunan Dari Bupati Garut.
Para Janda Berusia 60 Tahun Terhara Peroleh Santunan Dari Bupati Garut.

Pada 2015 pula, setiap Ketua RT mendapat insentif Rp600 ribu per tahun dan Ketua RW sebesar Rp1,2 juta per tahun.

Sedangkan dana operasional untuk inprastruktur setiap RT sebesar Rp2 juta, serta setiap RW (Rp4 juta), kemudian setiap desa mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi serta Pemkab setempat.

Kabupaten Garut juga memanfaatkan bagi hasil pajak rokok Rp68 miliar tahun lalu, dan Rp70 miliar tahun ini, lantaran perokok di kabupaten itu setiap harinya menghabiskan 400 ribu bungkus rokok beragam merk.

Miniatur Konstruksi "Dulang Ngapak".
Miniatur Konstruksi “Dulang Ngapak”.

Sehingga pemanfaatan bagi hasil pajak rokok tersebut, diprioritaskan bisa menunjang kualitas kesehatan masyarakat.

Sesepuh dan seluruh jajaran keluarga besar Pontren Al-Kautsar antara lain menyatakan kesiapannya menanam banyak pohon, dan membuat biopori.

Sebab pada lingkungan Pontren ini pun, selama ini memiliki “Kompak” (Komunitas Pecinta Alam Al-Kautsar).

Pimpinan Muhammadiyah Daerah Kabupaten Garut, KH Halim Basarah mengingatkan masjid tak hanya sebagai sarana ibadah, melainkan merupakan wahana pembinaan umat.

Dulang Ngapak.
Dulang Ngapak.

Lantaran ilmu politik, sosisl dan ilmu ekonomi juga bisa dibahas maupun dikaji serta dipelajari mendalam di masjid,

Agar Umat Islam bisa cerdas dan bangkit kembali, sekaligus bisa memaknai eksistensi masjid dan milad serta 1 Muharram guna meningkatkann kualitas Ukhuah Islamiah.

Halim Basarah kembali mengingatkan, ketertinggalan Ummat Islam selama ini antara lain akibat tak mau mencari ilmu secara “kafah”.

Atawa hanya cukup memelajari fiqih, padahal seharusnya sejak sedini mungkin kudu diawali dengan memelajari atawa mendalami Tauhid.

Maupun keyakinan keberadaan Allah SWT, agar amanah dan Indonesia pun bisa sangat makmur jika para pengelola negeri ini benar-benar amanah.

Semarak Muharram juga Milad XV Pontren Al-Kautsar diwarnai beragam kegiatan sosial keagamaan, di antaranya berupa Imtihan Santri, Takbliq Akbar, Khitanan Massal, Lomba Terbuka Amal Sholeh, serta pengobatan massal.

“Dulang Ngapak”

Bupati Disambut dan Dialog Dengan Para Santri Pontren Al-Kautsar.
Bupati Disambut dan Dialog Dengan Para Santri Pontren Al-Kautsar.

“Dulang Ngapak” atawa bakul kayu terbang.

Dahulu kala, merupakan istilah bagi penduduk Kampung Papandak, dalam membuat bentuk arsitektur pada setiap atap rumah mereka.

Diduga kuat, produk kearifan lokal masyarakat bernilai “adi luhung” tersebut, sejak dahulu pula diadopsi dalam membangun konstruksi kampus “Institut Teknologi Bandung” (ITB).

Sedangkan seluruh rumah penduduk di perkampungan yang terbaring bisu di atas tanah sekitar 18 hektare itu, pernah dua kali musnah rata dengan tanah.

Inilah Miniatur Arsitektur Dulang Ngapak pada Atap Bangunan Utama Pontren Al Kautsar.
Inilah Miniatur Arsitektur Dulang Ngapak pada Atap Bangunan Utama Pontren Al Kautsar.

Lantaran dibakar pada jaman kolonialis Belanda, serta jaman penjajahan Jepang.

Sehingga dalam perkembangannya hingga kini, selain memusnahkan konstruksi atawa arsitektur budaya setempat.

Juga semakin langka bahkan sekarang tak adanya penduduk menerapkan arsitektur Dulang Ngapak ini.

Apalagi sekarang pun, banyak penduduk membangun rumah dengan mengadopsi beragam gaya dari luar, maka tak satu pun penduduk setempat kini menggunakan gaya arsitektur leluhurnya  itu.

Kondisi memprihatinkan ini, menjadikan keluarga besar Pondok Pesantren Al Kautsar bersama para pemuka masyarakat, antara lain berinisiasi membangun miniatur arsitektur Dulang Ngapak pada atap bangunan utamanya pada 1998.

Kearifan Lokal Bernilai Adu Luhung, Diakui Bupati Garut yang Diadopsi Menjadi Arsitektur Bangunan Kampus ITB.
Kearifan Lokal Bernilai Adu Luhung, Diakui Bupati Garut yang Diadopsi Menjadi Arsitektur Bangunan Kampus ITB.

Bahkan bakal segera merencanakan memproduk “maket” keaslian rumah berarsitektur Dulang Ngapak tersebut, ungkap Pembina juga Ketua Yayasan Pontren ini, Dedi Hidayat, M.Si kepada Garut News.

Pimpinan Pontren ini, KH. Dadang Saepullah.

Dikemukakan, kini penghuni perkampungan ini sekitar 468 kepala keluarga atawa 1.872 penduduk.

Sedangkan Pontren Al Kautsar memiliki sedikitnya 320 santri, pada setiap proses kiprahnya senantiasa menguatkan obsesi memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya.

Antara lain, meningkatkan kualitas pemahaman agama, dengan senantiasa pula kembali kepada tuntunan Al Qur’an dan Sunnah, imbuh Dedi Hidayat, menyerukan.

Sedangkan pada pentas belajar-mengajar bagi para santri, di antaranya pula dilengkapi sarana olahraga, serta beragam jenis atraksi seni budaya bernuansakan Islami.

Dedi Hidayat.
Dedi Hidayat.

“Alhamdullillah, di wilayah Garut Utara eksistensi pontren ini kian dirasakan masyarakat,” ungkap Dedi Hidayat pula.

Meski kendala utamanya, sebagian penduduk berkondisi sosial ekonomi menengah ke bawah.

Dedi Hidayat berharap, produk kearifan lokal gaya arsitektur leluhurnya bisa dijadikan “trade Mark” Pemkab Garut, sebab diduga kuat ITB pun mengadopsi pada pembangunan kampusnya.

Lantaran dipastikan juga ITB mengadopsi arsitektur ini, sebab selain ITB berlokasi di Tatar Jawa Barat, juga kemungkinan besar jenis arsitektur Dulang Ngapak dinilai paling ideal diterapkan di kampus ternama itu.

Ketua “Yayasan Arsitektur Hijau Nusantara” (Yahintara), Ruli Oktavian, ST kepada Garut News kerap mengemukakan kemungkinan besar ITB mengadopsi arsitektur rumah penduduk Kampung Papandak di Desa Sukamenak Kecamatan Wanaraja, Garut, Jawa Barat.

“Barangkali pakar sejarah serta pakar disiplin ilmu lain bisa membuktikan fenomena menarik ini, apakah benar atawa tidak, walahualam bi sawab”.

 ******

Esay/Foto : John Doddy Hidayat.

SHARE
Previous articleLempad
Next articleSiti Nurbaya Dituntut Berani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here