Biopori Bisa Antisipasi Banjir Sekaligus Mengatasi Kekeringan

0
129 views

Garut News ( Rabu, 07/05 – 2014 ).

UU Saepudin Berikan Keterangan Pers. (Foto : John Doddy Hidayat).
UU Saepudin Berikan Keterangan Pers. (Foto : John Doddy Hidayat).

Institusi teknis Pemkab mengajak penduduk Garut memiliki kepedulian terhadap lingkungan, di antaranya membuat lubang biopori atawa sumur resapan.

Guna mengantisipasi banjir, bahkan kekurangan air pada musim kemarau panjang.

Lantaran biopori bisa dibuat di mana pun, baik pada lingkungan rumah, perkantoran, sekolah, atawa lahan-lahan terbuka, juga pada lahan kritis.

Kepala “Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan” (SDAP) kabupaten setempat, Uu Saepudin, katakan biopori dan sumur resapan cara mudah berteknologi sederhana menambah daya serap tanah, katanya.

“Beda dengan sumur resapan bersifat permanen, butuh lahan cukup luas, dan lebih sebagai penyimpangan air, biopori tak perlu lahan banyak, hanya berdiameter berkisar 10-20 centimeter berkedalaman satu meter,” katanya pula, Rabu (07/05-2014).

Tak hanya penampung air hujan, Uu juga menilai keberadaan biopori bisa menyburkan tanah sebab pada lubang itu dapat diisi sampah organik.

“Biopori pun berfungsi mengubah sampah organik menjadi kompos sekaligus memerbaiki ekosistem tanah,” kata dia.

Pembuatan biopori atawa sumur resapan di Garut, sangat cocok, bahkan mendesak dilakukan.

Seiring kerap terjadi banjir, dan kelangkaan air pada musim kemarau panjang, sebab serapan air berkurang drastis lantaran terus bertambahnya lahan tertutup bangunan, semen dan beton.

Kondisi tersebut terjadi, menyusul pesatnya pembangunan infrastruktur pada sepuluh tahun terakhir tanpa disertai perencanaan lahan terbuka, dan tatanan permukiman lingkungan perkampungan dan tata kota kabupaten, kecamatan hingga desa/kelurahan dengan baik.

“Padahal sebelumnya Garut tak pernah banjir. Tetapi sekarang pada beberapa lokasi selalu banjir sebab banyak lahan dibeton atawa disemen,” ungkap Saepudin.

Dikemukakan, sebagai pilot project, pembuatan biopori difokuskan pada 20 desa tersebar di delapan wilayah kecamatan, kawasan rawan kekeringan air.

Sedangkan piranti pembuatan biopori, ujar Saepudin, baru tersedia jumlah terbatas dikirimkan ke pemerintahan desa agar dimanfaatkan masyarakat.

Peralatan ini, bantuan hasil kerjasama Dinas SDAP Garut dengan sejumlah pihak.

Diharapkan, memasyarakatnya pembuatan lubang serapan biopori dan sumur serapan, persoalan banjir, genangan air, penumpukan sampah organik, dan kekeringan air pada sejumlah tempat di Garut bisa diatasi atawa berkurang imbuh UU, menyerukan.

*******

Noel, JDH.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here