Mantan Ketua “Pelajar Islam Indonesia” (PII) Wilayah Provinsi Irja, Kini Papua, Lutfi Anwar Ramali antara lain Katakan, Gemari Batu Akik Juga Mensyukuri Ciptaan Allah SWT.
Fotografer : John Doddy Hidayat.
Garut News ( Sabtu, 15/08 – 2015 ).

Tak jauh atawa bersebelahan dengan bentangan bibir Pantai Rancabuaya, Garut, Jawa Barat, juga terdapat lintasan hamparan pantai Sodong Bodas.
Hamparan pantai tersebut, selain berpasir putihnya memesona, terdapat pula potensi menakjubkan berupa wahana berburu “chrysoprase”, terbawa buih ombak ke hamparan tepian pantainya.
Sehingga siapapun pengunjung maupun kalangan wisatawan bisa berburu batu bukan sembarang batu, dihempas buih ombak pada tepian pantai itu.

Bahkan jika penasaran, bisa juga sekaligus mencoba berburunya di tepian Pantai Cidora, tak jauh dari Pantai Rancabuaya, dan Pantai Sodong Bodas.
Menyusul jenis batu sangat menyita perhatian masyarakat saat ini, dikenal dengan sebutan batu Bungbulang, khususnya jenis chrysoprase hijau dan panca warna asal Kecamatan Bungbulang, serta Caringin. Juga batu akik dari Kecamatan Singajaya.
Batu chrysoprase dikenal penduduk lokal dengan sebutan batu Ohen atawa topas, dan batu panca warna disebut batu Edong, sesuai nama penemu masing-masing jenis batu akik ini.

Maka pada sebagian penyuka batu akik, terdapat kecenderungan memburu bahan mentah untuk diolah menjadi hiasan pada “tukang” mengolah batu akik di sejumlah lokasi.
Daripada membeli batu sudah jadi dari pedagang asongan maupun yang mangkal di pusat kota.
“Jika beli dari pedagang biasa asongan itu, takut bukan batu asli, tetapi sintetis atawa imitasi. Kita awam kan sulit membedakan. Tetapi apabila kita beli bahan bakunya, pasti asli. Meski kerap hasilnya belum tentu sesuai harapan. Namun itu jadi keasyikan tersendiri bagi saya. Tahu prosesnya. Aslinya bagaimana, dan hasilnya seperti apa,” kata Oki S(47), penduduk Ciwalen Garut Kota, mengaku mulai menggandrungi batu akik ini.

Saking penasaran terhadap batu akik kini banyak diperbincangkan, Oki pun mengaku mencoba menambah pengetahuan tentang batu akik dengan menelusuri laman internet.
Harga batu-batu akik bervariatif, mulai puluhan ribu, ratusan ribu hingga jutaan bahkan puluhan dan ratusan juta rupiah.
Mulai batu berbentuk kepingan bahan mentah, setengah jadi, hingga jadi untuk hiasan cincin, kalung, gesper, maupun hiasan lain dengan ragam ukuran.
Menurut seorang penggemar batu akik Asep, keistimewaan batu akik Bungbulang yakni kebeningan dan tingkat kekerasannya hampir mendekati batu mulia seperti intan berlian, zamrud, dan ruby. Juga corak warnanya sangat menarik.

“Umumnya batu akik itu tingkat kekerasannya 4-5 Mohs. Sedangkan batu akik Garut hampir mendekati berlian, tujuh Mohs. Dari warnanya, batu chrysoprase atawa batu Ohen hijau itu hijaunya macam-macam. Juga batu Edong, meski panca warna artinya lima warna, tetapi faktanya bisa sampai 15 warna,” katanya.
Tak diketahui pasti kapan dan penyebab demam batu akik kini melanda sejumlah masyarakat, katanya pula.
Sebagian menduga hal itu, terkait dicanangkannya penggunaan pakaian adat khas Sunda di kalangan pegawai Pemkab/Setda setempat sejak awal tahun ini.

Sebagian lain menduga, merebak maraknya batu akik terkait kerapnya kegiatan pameran batu mulai tingkat dunia di luar negeri beberapa waktu lalu.
Pengusaha pemotongan batu akik di Kampung Loji Cimanganten Tarogong Kaler Encu(61) mengaku, sejak memasuki 2014 jumlah konsumen membeludak mencapai 40 hingga 50 orang per hari.
Padahal sebelumnya sekitar empat atawa lima konsumen per hari. Selain penduduk lokal Garut, mereka berasal dari luar kabupaten, seperti Bandung, dan Jakarta.
“Maka setiap hari saya hanya buka dari jam tujuh pagi sampai jam lima sore. Kalau enggak dibatasi bakal kewalahan,” kata dia.

Batu paling digemari konsumen terutama jenis chrysophare atawa topas, dan panca warna. Termasuk batu akik terdapat bentuk gambar tertentu.
Proses usaha pemotongan batu akik tersebut, Encu bekerja sama dengan pengusaha lain dalam pemolesan batu pasca pemotongan, serta pengusaha watang atawa kerangka cincin, dan penjual bahan batu akik di tempat sama.
Encu menekuni pemotongan batu akik sejak 2000 lalu itu, lantaran juga mengaku penghasilannya kini meningkat cukup drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, rata-rata memeroleh laba sekitar Rp200 ribu per hari.
Pengusaha batu akik Bungbulang asal Desa Sukarame Kecamatan Caringin Iwan Setiawan, katakan merebak maraknya aktivitas perdagangan batu akik Bungbulang terjadi sejak lama.

Hanya demam batu akik ini, di kalangan penduduk lokal terjadi belakangan.
Padahal batu Bungbulang jauh lebih dulu dikenal masyarakat di luar Garut, bahkan luar negeri.
Lokasi temuan batu akik, antara lain sekitar aliran sungai, bukit, kebun, bahkan lahan sawah. Batu-batu akik tersebut umumnya ditambang tradisional.
“Batu Bungbulang sebenarnya dihasilkan di daerah Caringin. Hanya lantaran dulunya Kecamatan Caringin itu masuk wilayah Kecamatan dan Kewedanaan Bungbulang, Sehingga nama Bungbulang lebih dikenal,” kata pria akrab disapa Iwan Boxer.
Menurut dia, kini anggota DPRD Garut dari Fraksi Hati Nurani Rakyat (Hanura) itu, harga batu akik tak ada patokan pasti, sebab sangat bergantung pada kecenderungan pasar atawa minat konsumen.
Namun umumnya, harga batu akik ditentukan kualitasnya, mulai kebeningan, tingkat kekerasan, besar atau kecil, hingga corak warnanya. Juga cara pemotongan dan pengolahannya.
“Jadi, batu akik ini tak ada pasaran, tetapi pasarnya ada. Sehingga tak aneh keuntungan usaha jual beli batu akik bisa berlipat ganda. Barangnya susah, namun gampang jualnya. Saya sendiri pernah beli bahan mentah Rp3 juta, dan setelah diolah ternyata laku Rp200 juta. Tetapi pernah juga beli bahan mentah Rp300 juta, dan setelah diolah hanya laku Rp1 juta. Sebab ternyata bahan bagusnya hanya menempel,” ungkap Iwan.
Iwan mengaku sangat menikmati dunia usaha batu akik dilakoninya sejak sepuluh tahun terakhir.
Selain mendapat keuntungan materi, wawasan seputar perbatuan dan relasi usaha pun kian bertambah.
Bukan hanya relasi di dalam negeri melainkan juga luar negeri, katanya.
Pameran batu mulai di sejumlah negara pun kerap diikutinya. Terutama di Taiwan, Korea, dan Amerika.
“Penggemar batu akik Garut ini kebanyakan justru orang luar. Batu disukai terutama bening satu warna,” katanya pula.
Di Kabupaten Garut, terdapat pula hamparan bibir Pantai Cicalobak sejajar dengan Pantai Rancabuaya beserta beragam terumbu karangnya, dinilai menyerupai fenomena alam “Uluwatu” di Bali.