

Ketua Baznas Kabupaten Garut Rd. Aas Kosasih, S.Ag., M.Si Menyampaikan Santunan, Antara lain Kepada Pasukan Kuning Penyapu Jalan Perkotaan.
Ketua “Badan Amil Zakat Nasional” (Baznas) Kabupaten Garut, Rd H. Aas Kosasih, S.Ag., M.Si Beserta Seluruh Jajaran Keluarga Besar Baznas kabupaten setempat.
Mengucapkan ;
Selamat dan Dirgahayu Hari Jadi ke-205 Kabupaten Garut
(16 Februari 1813 – 16 Februari 2018)
“Gawe Rancage Mawa Raharja”
(Kerja Bersama Menuju Kesejahteraan).
Selama rentang waktu 2017 lalu terdapat 7.000 penerima manfaat maupun mustahiq (hak penerima zakat) di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mendapatkan bantuan bertotal nilai Rp1.990.641.000,- dari Baznas kabupaten setempat.
Bantuan yang disalurkannya tersebut realisasinya dikemas pada lima program.

Terdiri melalui Program Garut Cerdas, Garut Sehat, Garut Peduli (termasuk rehabilitasi 40 unit rumah tak layak huni/rutilahu), Garut Taqwa, serta melalui kemasan Program Garut Makmur.
Seluruh penerima manfaat berdasar ‘asnaf’ atau mustahiq yakni yang berhak menerima zakat sesuai syariah agama Islam.
Pada 2017 pun, disalurkan pula bantuan berupa sedikitnya enam unit roda masing-masing bernilai Rp1,7 juta, sebagai stimulan guna meningkatkan produktivitas pedagang berekonomi lemah, yang penyalurannya masih menunggu waktu yang tepat.

Karena itu, sangat diharapkan seluruh warga Kabupaten Garut khususnya kalangan “Aparatur Sipil Negara” (ASN), hendaknya senantiasa memiliki kesadaran terhadap kewajibannya membayar zakat, apabila sudah ‘nisob’.
Lantaran pada 2018 ini, antara lain diprogramkan pemberian bea siswa kepada masyarakat miskin hingga ke jenjang sarjana (S1), yang pada 2017 bea siswa diberikan hingga tingkat SMP.
Bahkan bantuan rehabilitasi rutilahu juga diprogramkan pada 2018 setiap kecamatan mendapatkan bantuan stimulan untuk tiga unit rutilahu.
Sedangkan bagi warga miskin yang rumahnya berkondisi tak layak huni, bisa mengajukan permohonan kepada UPZIS kecamatan yang dilengkapi SKTM (surat keterangan tidak mampu) dari kelurahan setempat.
Kemudian dari UPZIS permohonan ini direkomendasikan kepada Baznas Kabupaten Garut, selanjutnya Baznas Kabupaten Garut terjun ke lapangan menyelenggarakan peninjauan.
Maupun verifikasi layak tidaknya bisa mendapatkan bantuan stimulan.
“Sejarah Garut Berawal Dari Balubur Limbangan”
Perjalanan panjang lembaran sejarah Garut tak bisa dilepaskan dari Kabupaten Limbangan. Lantaran Kabupaten Limbangan, Kabupaten lama yang ibukotanya dipindahkan ke Garut.
Bupati Adiwijaya (1813–1831) membentuk panitia survei lokasi untuk ibukota kabupaten yang baru. Pilihan akhirnya jatuh di tempat yang dikelilingi gunung dan memiliki mata air mengalir ke Cimanuk.
Tempat tersebut berjarak sekitar 17 km dari pusat kota lama. Saat menemukan mata air, seorang panitia kakarut (bahasa sunda: tergores) semak belukar. Orang Belanda yang ikut survei tak dapat menirukan kata tadi, dan menyebutnya gagarut.
Semula, nama kabupaten yang ibukotanya telah dipindahkan tidak akan diubah, masih Kabupaten Limbangan. Namun, atas saran sesepuh hendaknya nama kabupaten diganti dengan nama baru.
Dari peristiwa kakarut tersebut, yang dilafalkan oleh orang Belanda dengan gagarut, muncullah nama kebupaten baru, Hari jadi Garut diperingati setiap tanggal 16 Februari.
Namun dalam perkembangannnya wilayah Kecamatan Balubur Limbangan kini semakin menjadi lintasan urat nadi sosial perekonomian nasional, lantaran dilintasi ruas jalan negara yang menghubungkan Jakarta – Surabaya.
“Sehingga ragam potensi aset yang dimilikinya, kian memungkinkan bisa kembali dijadikan ibukota Kabupaten Garut. Sebab dari Balubur Limbangan antara lain dapat lebih mudah dan cepat mengakses ragam peningkatan perkembangan yang berkemajuan”.
********