“Profesi Nelayan Dinilai Masih Belum Menjanjikan”
Garut News ( Kamis, 23/10 – 2014 ).

Kalangan nelayan sepanjang pantai selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, memiliki Kartu Nelayan 2.854, sedangkan jumlah nelayan pada wilayah tersebut mencapai 4.019.
“Dari 4.019 nelayan ini, tak semuanya nelayan murni menangkap ikan, tetapi juga termasuk pengusaha ikan laut, juragan atau pemilik kapal, penangkap rumput laut, dan bakul. Kita sendiri hanya mengajukan data ke pusat untuk diterbitkan kartu nelayannya,” kata Kabid Kelautan pada Disnakkanla kabupaten setempat Khaidir Rahman Permana melalui Kepala Seksi Sarana Prasarana Penangkapan, Jejen Jaenudin, Kamis (23/10-2014).
Kata Jejen, kartu nelayan dibutuhkan bagi nelayan berkaitan fungsi dan kemanfaatannya pelbagai hal. Selain identitas diri nelayan, juga jaminan kepastian hukum beragam urusan, seperti penerimaan bantuan agar tepat sasaran, serta kemungkinan jaminan kesehatan keluarga nelayan, dan keringanan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nelayan.
Kartu Nelayan diterbitkan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, pencetakan dikerjakan Pemprov Jabar.
Kartu Nelayan berlaku lima tahun. Data mengenai nelayan itu bahkan terhubung langsung online di Pemerintah Pusat, katanya.
“Ke depan, pencetakannya diupayakan di kabupaten. Sebab akan ada perpanjangan masa berlakunya,” katanya pula.
Dikemukakan, nelayan dikategorikan berprofesi melakukan langsung penangkapan ikan, atawa rumput laut di laut.
Sedangkan pengumpul, dan juru bantu angkut alat bukan nelayan, lantaran tak langsung melakukan tangkap ikan di laut.
“Juragan kapal bisa saja masuk katagori nelayan kalau bersangkutan juga ikut langsung melakukan penangkapan ikan di laut. Tetapi kalau tidak, ya bukan nelayan,” ungkapnya.
Kepala Seksi Eksploitasi Sumber Daya Laut dan Pemberdayaan Masyarakat, Irma Hermanawati menambahkan, penduduk di wilayah pesisir selatan Garut bergelut di sektor penangkapan ikan di laut terbilang sedikit dibandingkan potensi perairan laut memiliki bentangan garis pantai sejauh 83 kilometer itu.
Berdasar hasil survei ekonomi dilakukan BPS 2013, jumlah rumah tangga di Kabupaten Garut bergerak di sektor penangkapan ikan laut1.123 KK (6,86%).
Mereka tersebar pada lima Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), terdiri PPI Cilauteureun, Cijeruk, Cimarimuara, Ranca Buaya, dan Cicalobak.
Jumlah rumah tangga nelayan itu, jauh di bawah Kabupaten Cirebon mencapai 7.031 KK (42,96%), Kabupaten Indramayu 2.104 KK (12,86%), Kabupaten Bekasi 1.460 KK (8,92%), Kabupaten Karawang 1.379 KK (8,43%), dan Kabupaten Sukabumi 1.130 KK (6,90%).
Namun masih berada di atas Kabupaten Ciamis mencapai 638 KK (3,90%), dan Kabupaten Cianjur 294 KK (1,80%).
Minimnya penduduk selatan Garut berprofesi nelayan lantaran jumlah pemukiman bersentuhan dengan wilayah pesisir hanya 21 desa dari tujuh wilayah kecamatan.
Meski bentangan pantainya cukup panjang, mencapai sekitar 83 kilometer, mulai Kecamatan Cibalong berbatasan Kabupaten Tasikmalaya hingga Kecamatan Caringin berbatasan Kabupaten Cianjur.
Kebanyakan penduduk juga tak menjadikan nelayan sebagai mata pencaharian pokok. Bahkan minat generasi muda menjadi nelayan juga rendah, karena profesi nelayan dipandang belum menjanjikan berkaca pada kehidupan orang tuanya, kembang kempis atawa cekak.
Irma katakan, sejak beberapa tahun terakhir, terutama sejak peristiwa tsunami, kondisi perikanan di perairan laut selatan Garut memprihatinkan.
Tangkapan ikan seperti layur dan tongkol terus berkurang, jumlah maupun ukurannya. Selama setahun, nelayan pun hanya mengalami masa panen ikan selama dua bulan.
Pada tahun ini, bahkan masa panennya sangat singkat, hanya dua minggu, dengan hasil tangkapan ikan 29,5 ton.
“Memang setiap waktu juga kegiatan menangkap ikan di laut ada, tapi hasilnya tak banyak. Jika ikan kosong, atawa paceklik, sebagian nelayan memilih mencari ikan di perairan laut di luar Garut, dan sebagian lagi beralih profesi dengan berdagang, bertani, atau beternak,” ungkapnya.
Noel, Jdh.