Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Selasa, 08/12 – 2015 ).

Bahaya ternyata setiap hari selalu mengintai murid salah satu SMP Negeri di Kota Garut, Jawa Barat.
Lantaran mereka harus terpaksa menaiki angkutan kota atawa angkot sangat sarat penumpang.
Sehingga terpaksa tiada hari tanpa berdiri.
Bergelantungan di pinggir pintu moda angkutan penumpang umum, angkot.
Melintasi jarak tempuh mencapai lima hingga sepuluh kilometer.

Kondisi tersebut dijalani setiap hari ketika berangkat dan pulang sekolah, jika tak mau bergelantungan terpaksa kudu rela berjalan kaki sejauh lima kilometer lebih.
Melintasi pinggiran ruas badan jalan Tarogong – Samarang, ungkap sejumlah pelajar itu, termasuk Dedi kepada Garut News, Selasa (08/12-2015).
Dikemukakan, bersamaan waktu berangkat dan pulang sekolah sangat banyak pengguna jasa jenis moda angkutan penumpang umum ini.
Sehingga tak ada pelihan lain, kecuali menaiki angkot. Bahkan naik angkot pun kerap kesiangan masuk sekolah.
Sebab banyak murid dari Kecamatan Samarang, lokasi rumahnya cukup jauh dari lintasan jalan raya, maka harus didahului dengan berjalan kaki.

Dedi mengaku berasal dari Kampung Cikurantung Desa Padamukti Kecamatan Pasirwangi, dia juga rekan sekampungnya, nyaris seluruhnya tak memiliki sepeda motor.
Sedangkan jika menaiki sepeda motor ojek, dari rumah ke lintasan jalan raya ongkos satu kali jalan mencapai Rp10 ribu, apalagi di musim penghujan bisa menjadi Rp15 ribu, katanya.
Apalagi pula, apabila dari rumah ke sekolah di Tarogong, tak terbayang mahalnya ongkos naik sepeda motor ojek, ungkapnya.
“Orang tua hanya mampu membekali uang jajan berkisar Rp5 ribu hingga Rp10 ribu setiap hari,” juga ungkap Dedi.
Kondisi tersebut, diakui pula rekan sekampungnya termasuk Umar.
********