Garut News ( Senin, 19/05 – 2014 ).

Terdapat potensi, El Nino kuat melanda Indonesia antara Juli dan September 2014 mendatang.
Itu didasarkan data satelit “Badan Penerbangan Antariksa Amerika Serikat” (NASA).
NASA mengamati perkembangan El Nino pada Mei 2014 dengan Ocean Surface Topography Mission/Jason 2 Satellite, dan membandingkannya dengan data perkembangan pada 1997 diperoleh dari TOPEX/Poseidon Satellite.
Data NASA, 2 Mei 1997 dan 3 Mei 2014 mengungkap berdasar perubahan ketinggian muka air lautnya, perkembangan El Nino pada dua tahun tersebut menunjukkan kecenderungan sama.
El Nino, fenomena kenaikan suhu perairan di Samudra Pasifik.
Kenaikan suhu air laut ini memengaruhi persebaran pembentukan awan hujan.
Dalam konteks Indonesia, El Nino semakin menghambat pertumbuhan awan hujan di wilayah barat, memicu kekeringan.
Perkembangan El Nino sendiri bisa diamati dari perubahan suhu muka air laut, dan perubahan ketinggian muka air laut.
Kenaikan suhu memicu pemuaian air laut sehingga muka perairan ikut meningkat.
Kepala Pusat Perubahan Iklim, dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian mengungkapkan, dengan tren sama, ada potensi El Nino akan datang juga punya intensitas sama.
“Ya, ada potensi sekuat dulu,” katanya.
El Nino 1997 salah satu terburuk sepanjang abad ke-20.
Di Indonesia, El Nino itu, memicu kebakaran hutan mengemisikan 0,81-2,57 gigaton karbon dioksida.
Selain itu, El Nino ini memicu kekeringan parah, gagal panen, dan penyakit.
Edvin mengungkapkan, tren perkembangan El Nino pada Mei ini bisa dijadikan dasar mengantisipasi.
Namun, ia memeringatkan, “ini masih indikasi.”
Ada potensi juga, El Nino takkan sekuat tahun 1997.
Dihubungi Kompas.com, Senin (19/05-2014), Edvin mengungkapkan, “Kita belum bisa memastikan ini antara Maret sampai Mei. Setelah Mei nanti baru bisa kita lihat, dan pastikan.”
Berdasar pemantauan BMKG sendiri, peluang terbesar munculnya El Nino berintensitas lemah hingga sedang.
Diprediksi, El Nino melanda antara Juli dan September.
Kuat, sedang, atawa hanya lemah, El Nino tetap kudu diantisipasi.
Apabila muncul, El Nino bisa membuat kemarau lebih kering dan panjang.
“Yang paling kena dampak sektor pertanian,” kata Edvin.
Penulis | : Yunanto Wiji Utomo |
Editor | : Yunanto Wiji Utomo/ Kompas.com |