
“Meningkatkan Semangat Berbagi”
Oleh : Gita Mulda Ningsih
Garut News ( Rabu, 27/05 – 2020 ).
Pandemi global wabah predator Coronavirus Disease COVID-19, penyakit menular yang mulai berjangkit di Wuhan, Cina. Diduga berasal dari hewan seperti kelelawar, ular, dan musang.
Wabah ini penyakit baru yang muncul akhir 2019 mudah sekali menular melalui kontak fisik maupun air liur bersin atau batuk tak ditutup.
Penularannya dengan cepat di Cina berdampak sangat besar bagi dunia, lantaran merambah ke pelbagai penjuru dunia. Termasuk Indonesia. Indonesia pertama kali mengonfirmasi Maret 2020 oleh Presiden Jokowi.
Saat itu presiden mengumumkan dua orang positif terjangkit di Indonesia. Kasus pertama ini diduga pertemuannya dengan warga Jepang yang masuk ke Indonesia menghadiri pertemuan di sebuah klub tari di Jakarta.
Virus datang ke Indonesia bisa disebutkan sebagai bentuk dari arus globalisasi negatif yang berbahaya dan menjadi malapetaka, karena segala kemudahannya khususnya transportasi tentu memudahkan menyebar menjadi pandemi.
Keterlambatan pemerintah Indonesia melakukan pencegahan menjadi hal sangat disayangkan. Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara cukup jauh letak geografisnya dengan tempat asal muncul virus corona tersebut.
Kemungkinkan Indonesia bisa mencegah virus itu sangatlah besar jika dilakukan lockdown dengan negara lain, apalagi negara Cina sejak awal munculnya virus corona.
Namun, sekarang virus tersebut masuk ke Indonesia dan menelan ribuan korban. Maka hal bisa kita lakukan sekarang hanyalah berdoa dan tetap di rumah saja guna memutus mata rantai penyebarannya.
Sebab virus ini juga memberi pengaruh sangat besar bagi kehidupan Warga Indonesia yang mencari mata pencaharian sebagai pedagang, buruh, nelayan ataupun para pegawai dan yang keluar rumah bekerja setiap hari.
Perlu mematuhi peraturan pemerintah agar dapat terhindar, mereka supaya berdiam diri di rumah. Bahkan banyak pegawai korban pemutusan hubungan kerja (PHK) terdampak wabah.
Para pelajar seharusnya menuntut ilmu di sekolah pun, harus belajar dirumah. Jalanan biasanya sarat pejalan kaki, pedagang kaki lima ataupun asongan, kendaraan mobil dan motor, sekarang lenggang.
Kehadiran virus corona ini, sikap individualistis, dan pragmatisme, dalam diri manusia menjadi meningkat. Bahkan hanya untuk bertegur sapa langsung pun sangat sulit dilakukan, sehingga berinteraksi melalu gadget menjadi kebutuhan bahkan ketergantungan.
Juga berpengaruh sangat besar pada peribadatan umat muslim dan juga umat beragama lainnya. Bagi umat muslim menjalankan ibadah puasa Ramadlan, tentu sangat beda dengan tahun sebelumnya.
Apalagi perantau jauh dari kampung halaman, kebiasaan mudik lebaran bertemu sanak saudara, menjadi hal dilarang sekarang. Dulu pelukan orang tersayang seperti orangtua merupakan bentuk kasih sayang, tetapi kini berjauhan.
Kebiasaan shalat tarawih di masjid pun ditiadakan dianjurkan di rumah, shalat idul fitri ditunggu – tunggu selama satu tahun sekali tak dilaksanakan bersama-sama. Kebiasaan lain yang menjadi tradisi umat muslim Indonesia seperti ngabuburit, atau bukber (buka puasa bersama). Sekarang, menjadi hal sangat tak diperbolehkan.
Bagi perusahaan – perusahaan tetap mengerjakan pegawainya, mereka tak memberi cuti bersama lebaran, karena sesuai arahan pemerintah cuti bersama pada Desember mendatang.
Bagi umat kristiani pun sama, mereka biasa menjalankan ibadah di gereja, harus digantikan dengan ibadah online di rumah, tak dibolehkan mengunjungi gereja, demi kesterilan tempat beribadahnya.
Sebagai makhluk sosial dan umat beragama, yang dapat kita lakukan hanyalah berdo’a agar terhindar dari virus ini, semoga virus tersebut segera lenyap dari muka bumi, dan tetap menjaga diri dengan social distancing atau phsycal distancing.
Apabila mempunyai rezeki lebih hendaklah bersedekah membantu orang sekitar yang kurang mampu. Karena banyak yang kehilangan pekerjaan akibat PHK masal atau dirumahkan.
Driver ojek online atau penarik becak kehilangan penumpang dan tak berpendapatan kecuali sedikit, maupun pedagang tidak bisa berdagang karena situasi tak memungkinkan, sehingga mereka terpaksa diam di rumah demi menaati aturan pemerintah. Meski untuk makan sehari-hari pun sangat susah.
********
Penulis : Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Fotografer : John Doddy Hidayat.