Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Kamis, 10/11 – 2016 ).

Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat perlu disikapi secara cermat oleh pemerintah Indonesia. Apalagi, selama kampanye, calon presiden dari Partai Republik ini menegaskan bahwa Amerika akan lebih protektif demi keamanan warganya, termasuk di sektor perdagangan.
Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45, mengalahkan Hillary Clinton dari Partai Demokrat. Dari hasil exit poll, Trump meraih 289 electoral vote, sedangkan Hillary hanya 218. Jumlah minimal electoral vote adalah 270 untuk memenangi pemilihan presiden.
Dilihat dari perjalanan politik, Trump memang tak punya pengalaman. Ia kalah dari Hillary, yang pernah menjabat Menteri Luar Negeri dan Sekretaris Negara Amerika Serikat dalam kabinet Presiden Barack Obama. Trump dinilai hanya mengandalkan popularitasnya sebagai selebritas dan konglomerat untuk maju sebagai calon presiden.
Toh, mayoritas warga Amerika Serikat lebih tertarik memilih Trump yang berjanji melindungi rakyatnya dari segala macam ancaman dari luar maupun dalam negeri, termasuk dalam hal perdagangan. Di sektor inilah dampak kemenangan Trump bisa terasa bagi Indonesia.
Selama ini neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat surplus. Pasar ekspor Indonesia ke Amerika Serikat pada semester pertama tahun ini tercatat US$ 2,38 miliar (Rp 31,15 triliun). Meski turun 6 persen dibanding periode sebelumnya, neraca masih tetap surplus. Angka itu di atas pangsa pasar ekspor ke Jepang dan Cina, masing-masing sebesar US$ 2,16 miliar dan US$ 1,83 miliar.
Dalam beberapa pidato kampanyenya, Trump terus mengungkapkan rencananya membatalkan segala perjanjian perdagangan yang dianggap merugikan Amerika Serikat. Bila hal itu benar-benar dijalankan, Indonesia bisa menjadi salah satu negara yang terkena dampaknya. Ancaman seperti ini tentu tak bisa dianggap remeh.
Di kawasan Asia, Cina diperkirakan menjadi negara yang paling menderita atas kemenangan Trump. Sebab, Trump diprediksi mengeluarkan kebijakan perdagangan yang bisa membatasi ruang gerak Cina. Selama ini Amerika ibarat sapi perah bagi Cina, yang mengalami surplus perdagangan sebesar US$ 366 miliar. Dampaknya, hubungan kedua negara bisa memburuk.
Jasa Bikin Toko Online Murah di Garut
Jika hal itu terjadi, Indonesia perlu proaktif menjadi penengah. Apalagi hubungan Indonesia dengan Amerika dan Cina cukup baik. Realisasi investasi Cina di Indonesia cukup besar, yakni sekitar 2,16 miliar yuan (Rp 4,16 triliun). Beberapa perusahaan Cina aktif dalam proyek pembangkit listrik, jembatan, bendungan, dan sebagainya.
Presiden Joko Widodo boleh saja berpendapat bahwa pergantian kepemimpinan di Negeri Abang Sam tak akan mempengaruhi hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika. Namun para pemilih Trump tentu tidak akan membiarkan janji-janji kampanye yang ditujukan untuk membela kepentingan mereka tak ditepati.
**********
Tempo.co