22 Kecamatan di Garut Berpotensi Bencana Hidrometeorologi

22 Kecamatan di Garut Berpotensi Bencana Hidrometeorologi

620
0
SHARE
Garut News Terbitkan Buku Puncak Amuk Cimanuk Bisa Tenggelamkan Garut.
Berdampak Sangat Tragis.

“Seluruh wilayah kecamatan termasuk zona kerentanan gerakan tanah tinggi”

Garut News ( Jum’at, 08/11 – 2019 ).

Jajaran BPBD Kabupaten Garut kembali mengingatkan masyarakat agar bisa mengenali mencuatnya ragam gejala awal terdapatnya potensi bencana terutama pergerakan tanah atau longsor pada masing-masing wilayahnya guna menghindari bencana kerap terjadi setiap musim hujan.

‘Gejala awal pergerakan tanah itu, berupa terjadinya retakan tanah dan bangunan’

Sehingga jika masyarakat menemukan gejala awal tersebut, maka secepatnya melapor ke BPBD atau melalui pengurus RT/RW, Desa/Kelurahan hingga Kecamatan supaya segera ditindaklanjuti.

Demikian ditegaskan Kepala Pelaksana BPBD Garut Firman Karyadin sebagaimana sempat diimbau Bupati Rudy Gunawan beberapa waktu lalu mengenai kesiapsiagaan menghadapi musim hujan. Apalagi nyaris seluruh wilayah kabupatennya terbilang rawan gerakan tanah atau longsor.

Firman katakan, November ini kewaspadaan tinggi mesti dilakukan. Terutama warga berada di kawasan ada retakan tanah. Seperti di Kecamatan Malangbong, Cigedug, dan Cikajang.

“Kemarin, ‘Pusat Mitigasi Vulkanologi Bencana Geologi’ (PMVBG)) survei ke lokasi tanah retak. Belum ada detail hasilnya. Belum ada rencana warga terancam direlokasi,” ungkap Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Tb Agus Sopyan, Kamis (07/11-2019).

Meski demikian, dia menyarankan warga berdomisili dekat titik lokasi retakan tanah sebaiknya selalu siap melakukan evakuasi mandiri apabila sewaktu-waktu kondisi retakannya semakin mengkhawatirkan. Apalagi jika hujan turun berlangsung lama lebih tiga jam.

Berdasar peringatan PVMBG, Nopember 2019 seluruh wilayah kecamatan di Garut termasuk zona kerentanan gerakan tanah tinggi.

Dari 42 kecamatan tersebut, ada 22 kecamatan di antaranya bahkan juga berpotensi terjadi banjir bandang pembawa material lain seperti tanah, batu, dan kayu akibat longsoran tanah di kawasan hulu. Termasuk kecamatan di kawasan perkotaan, yakni Kecamatan Garut Kota, Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Karangpawitan, Cilawu, dan Banyuresmi.

Camat Malangbong Teten Sundara juga katakan, retakan tanah di Malangbong terdeteksi saat ini terjadi di Kampung Cipeugeng Kutanagara, Kampung Lewo Kulon Lewo Baru, dan Kampung Ciranca Mekarmulya.

“Kalau di Mekarmulya, retakan tanahnya di areal kebun bambu. Diduga terjadi akibat rumpun bambu tertarik tiupan angin kencang. Tak terlalu mengancam penduduk. Tetapi kalau retakan tanah di Lewo Baru memang mengancam penduduk, bahkan ada enam rumah terdampak, bangunannya retak-retak. Sementara tak ada rencana relokasi. Namun kita himbau agar tetap waspada, dan hati-hati,” imbuhnya.

Sebagian mereka diakuinya bersiap mengungsi, dan mengamankan sebagian barang berharganya ke rumah tetangga atau kerabat dinilai aman. Serupa dengan penduduk terancam retakan tanah di Kampung Baru Kai RT 01/04 Desa/Kecamatan Cigedug.

“Sementara ini warga terancam masih dihimbau senantiasa waspada. Kecuali terdampak retakan langsung, diimbau untuk pindah,” kata Camat Cigedug Mia Herlina pula.

“Bencana Hidrometeorologi”

Bencana meteorologi berparameter curah hujan, kelembaban, temperatur, angin, kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, El Nino, La Nina, longsor, tornado, angin puyuh, topan, angin puting beliung.

Kemudian gelombang dingin, Gelombang panas, Angin fohn (angin gending, angin brubu, angin bohorok, angin kumbang) sebagai contoh beberapa bencana Hidrometeorologi.

Sedangkan perubahan cuaca hanya pemicu, penyebab utama yakni masifnya kerusakan lingkungan lantaran penurunan daya dukung, dan daya tampung lingkungan, imbuh M. Angga Tirta.

Dalam pada itu, keberadaan hutan terutama di daerah hulu DAS berkorelasi kuat terhadap kejadian bencana hidrometeorologi. Wilayah DAS biasanya dibagi menjadi tiga zona (hulu, tengah dan hilir) memiliki fungsi dan karakteristik berbeda-beda.

Banyak peran hutan dalam pengendalian daur air yang harus dapat direstorasikan kembali, jika ingin bisa berkontribusi dalam pengurangan resiko bencana hidrometeorologi.

“Paling utama, seluruh pihak harus berperan serta berkontribusi dalam pemulihan lingkungan, dan hutan guna mewarisi generasi mendatang sebagai penerus, dengan  lingkungan berkondisi lebih baik”

********

(Abisyamil, JDH/Fotografer : John Doddy Hidayat).

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY