

“2.483 Hektare Tanaman Padi Mereka Diterjang Kekeringan Dengan Kerugian Rp57,37 Miliar”
Garut News ( Kamis, 08/08 – 2019 ).
Sekitar 49.720 kepala keluarga petani di Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang menghidupi sedikitnya 149.160 anggota keluarga. Mereka kini berkondisi rawan daya beli.
Lantaran 2.483 hektare tanaman padi sawah miliknya diranggas kekeringan akibat kemarau panjang musim tanam 2019 ini, dengan total kerugian mencapai mencapai Rp57.369.013.075 disebabkan kehilangan produksi hingga 16 Juli 2019.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Hortikultura pada Dinas Pertanian kabupaten setempat, Rakhmat Jatnika, SP.MP didampingi Kepala Seksi Serealia, Endang Junaedi katakan sangat besarnya kehilangan produksi padi sawah itu, dampak 505 hektare kerusakan ringan sebabkan kerugian Rp4.111.394.375.

Kemudian 492 hektare rusak sedang menelan kerugian Rp8.011.113.000,- disusul 644 hektare rusak berat merugi Rp17.826.354.700,- sedangkan dampak puso atau gagal panen mencapai 842 hektare dengan nilai kerugian Rp27.420.151.000.
“Kekeringan padi sawah yang tersebar pada 266 desa di 41 wilayah kecamatan tersebut, hingga kini gencar diupayakan penanggulangannya,” ujar Rakhmat Jatnika, antara lain menambahkan.
“Tiga Kecamatan Diterjang Kekeringan Terparah”
Wilayah Kecamatan Pameungpeuk, Cibatu, dan Cisompet paling parah diterjang kekeringan ini dibandingkan kecamatan lainnya di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Di ketiga wilayah kecamatan tersebut, ada 812 hektare padi sawah diranggas kekeringan milik sekitar 16.240 kepala keluarga petani dengan sedikitnya 48.720 anggota keluarga.
Dari 812 hektare yang diterjang kemarau panjang itu, mencapai 542 hektare di antaranya mengalami gagal panen atau puso milik sekitar 10.840 kepala keluarga petani juga dengan sedikitnya 32.520 anggota keluarga.
Mereka 32.520 anggota keluarga ini yang sekarang mengalami ‘rawan daya beli’, lantaran selain terjadi kerugian produksi diperparah pula kesulitan mencari lapangan pekerjaan untuk sementara beralih profesi.
Demikian dikeluhkan sebagian besar petani dari ketiga kecamatan tersebut, termasuk Rokhmat (63) kepada Garut News di Cibatu.
Kasus kekeringan paling parah peringkat pertama justru melanda wilayah Kecamatan Pameungpeuk mencapai 310 hektare padi sawah puso milik sekitar 6.200 kepala keluarga petani, yang menghidupi sedikitnya 18.600 anggota keluarga sekarang berkondisi pula rawan daya beli.
Mereka tersebar pada delapan desa, terdiri Desa Pameungpeuk dengan 27 hektare padi sawah gagal panen, Mancagahar (59 hektare), Jatimulya (54 hektare), Bojong (34 hektare), Mandalakasih (56 hektare), Paas (15 hektare), Sirnabakti (44 hektare), serta di Desa Bojong Kidul berakibat 21 hektare padi sawah gagal panen.
Disusul kekeringan paling parah peringkat kedua meranggas 286 hektare padi sawah di Kecamatan Cibatu, 92 hektare di antaranya mengalami gagal panen, 61 hektare rusak berat, 81 hektare rusak sedang, dan 52 hektare rusak ringan, 197 hektare terancam, dengan luas tanaman padi 722 hektare yang tersebar pada 11 desa.
Kemudian kekeringan terparah peringkat ketiga menerjang 216 hektare di Kecamatan Cisompet, 140 hektare di antaranya gagal panen, dan 76 hektare rusak berat, terancam 112 hektare, dengan luas tanaman padi 1.080 hektare yang tersebar pada 11 desa.
********
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat.