14.902 Balita Stunting di Garut Tersebar Pada 442 Desa/Kelurahan

14.902 Balita Stunting di Garut Tersebar Pada 442 Desa/Kelurahan

600
0
SHARE
Ilustrasi. Kondisi Pola Asuh dan Kemiskinan di Garut.

“Didominasi Asupan Makan Kurang”

Garut News ( Jum’at, 24/07 – 2020 ).

Sebanyak 14.902 balita yang mengalami stunting di Kabupaten Garut saat ini, tersebar pada 442 Desa/Kelurahan dari 42 wilayah kecamatan.

Kabid Kesmas Dinkes dr Tri Cahyo Nugroho katakan, dari 25 desa fokus intervensi stunting diketahui penyebab stunting didominasi faktor asupan makan kurang mencapai 29,13%. Disusul faktor sosial ekonomi (21,69%), pola asuh kurang (18.80%), akses air bersih (16,7%), pelayanan kesehatan (11,36%), dan penyakit penyerta (2,27%).

“Upaya menekan angka stunting antara lain masih terkendala kurangnya SDM terlatih dalam pengentrian dan verifikasi data, belum komprehensif memanfaatkan sistem data dikelola OPD (organisasi perangkat daerah) lain, dan lemahnya koordinasi lintas program dan sektor,” katanya, Jum’at (24/07-2020).

Berdasar data Dinkes kabupaten setempat, mayoritas anak tersebut bertubuh pendek 10.555 balita. Sisanya 4.347 balita berukuran tubuh sangat pendek.

Data tersebut juga diperoleh berdasar hasil bulan penimbangan balita (BPB) pada Februari 2020 hasil entri ke aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGM) pada 22 Juli 2020, seperti mengemuka pada workshop Peranan Konvergensi Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten Garut Tahun 2020, di Tarogong Kaler, Rabu lalu.

Peta stunting Jabar hasil pemantauan status gizi (PSG) 2017 menunjukkan pula, Garut termasuk zona merah dengan prevalensi stunting 43,2%. Sehingga, pada 2018 dengan prevalensi stunting 34,7% hasil Riskesdes, Garut masuk sebagai salah satu dari 13 kabupaten/kota di Jawa Barat mendapatkan intervensi stunting.

Selama 2018-2019, ada 10 desa di Garut menjadi fokus intervensi stunting terdiri Desa Lembang Kecamatan Leles, Wanakerta/Cibatu, Sukarasa/Malangbong, Leuwigoong/Leuwigoong, Sukaresmi/Sukaresmi, Simpang/Cibalong, Jayamekar/Pakenjeng, Pasirlangu/Pakenjeng, Girimukti/Cisewu, dan Desa Karangsewu/Cisewu.

Di kesepuluh desa itu, terverifikasi 169 balita stunting dan 77 balita kurus (awal 2020 4,09%) dari data awal 378 stunting dan 66 balita kurus.

Pada 2020, ada 15 desa menjadi fokus intervensi stunting yakni Desa Salam Nunggal Kecamatan Leles, Ciburial/Leles, Karangsari/Keuwigoong, Ciwalen/Garut Kota, Karanganyar/Leuwigoong, Tambaksari/Keuwigoong, Dungusiku/Leuwigoong, Gunung Jampang/Bungbulang, Karangwangi/Mekarmukti, Karangsari/Karangpawitan, Bojong Kidul/Pameungpeuk, Wanasari/Wanaraja, Sukamukti/Cisompet, Simpang/Cikajang, dan Desa Sukamaju Kecamatan Talegong.

Berdasar hasil BPB pun, di 25 desa itu didapatkan 1.260 balita stunting dari jumlah sasaran 3.425 balita pada 2018.

Wabup dr H. Helmi Budiman menyatakan, sejumlah langkah pendekatan multisektoral dilakukan pemerintah guna menekan angka stunting ini.

Antara lain pendekatan intervensi gizi spesifik melibatkan dinas/instansi lain, dan pendekatan di lingkungan. Kampanye serta edukasi kesehatan dan gizi pun perlu terus dilakukan bersama kepada masyarakat, katanya pula.

“Peran masyarakat harus terus didorong. Dengan kegiatan pencegahan melalui upaya penyebarluasan informasi, tak ada lagi masyarakat yang tak mengetahui tentang stunting dan dampaknya. Upaya ini bisa menekan angka stunting di Kabupaten Garut,” kata dia.

Dia pun sempat menyebutkan, hasil BPB Februari 2020 tertanggal 14 Juli 2020 memerlihatkan prevalensi stunting di Garut 8,3% dengan jumlah balita stunting 15.472 balita dari sasaran balita 0-59 bulan 185.672 balita dengan sasaran ril dientrikan 220.758 balita. Persentase partisipasi sasaran ke posyandu 84,1%, ungkapnya.

*******

Abisyamil, JDH/Fotografer : John Doddy Hidayat.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY