
“Peduli Bentuk Generasi Qur’ani”
Garutnews ( Rabu, 31/03 – 2021 ).
Di tengah kepungan predator pandemi coronavirus disease 2019 yang belum sepenuhnya hengkang bahkan belum raib ditelan bumi, Kuttab Yadul ‘Ulya Qonuni 1 Garut senantiasa intens menyiapkan kualitas jasmani generasi ‘Rabbani’.
Berbasiskan peduli membentuk generasi Qur’ani, lembaga pendidikan Islami ini ‘concern’ pula mewujudkan imunitas yang prima sejalan dengan upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Sehingga melalui wahana penyelenggaraan ‘Mukhoyyam Asyikari’ di belantara perbukitan hutan pinus selama tiga hari sejak, Rabu (31/03-2021), tertumpu harapan dimilikinya kualitas jasmani insan yang memiliki sifat sesuai dengan apa yang Allah SWT harapkan (Rabbani).
Demikian antara lain dikemukakan Ketua Yayasan Tahfidz Garut, M. Angga Tirta dan katakan para santri di didik belajar di alam terbuka, mereka berlatih fisik dan mental secara terukur serta terencana.

Bahkan selama berkemah di alam terbuka, mereka pun mulai diperkenalkan dengan kondisi cuaca yang kerap berubah secara mendadak sontak. Karena itu juga mulai diperkenalkan ragam upaya mitigasi terutama penyelamatan diri.
Agar dalam kondisi emergency tidak mudah panik, melainkan senantiasa waspada terhadap beragam kebencanaan alam.

“Mencegah lebih baik daripada mengobati, demikian pula berperilaku hidup bersih dan sehat sesuai tuntutan Agama Islam mutlak dimiliki para santri,” imbuh Angga Tirta pula.
Belasan Santri Kuttab Qonuni 1 pun di didik menyintai dan memelihara alam lingkungan, mewujudkan suasana bersih dan sehat dengan tetap bersyukur kepada Allah SWT.

“Hanya kepada Allah SWT, satu-satunya yang patut dimintai pertolongan”
— Alquran adalah kitab yang berisi berita-berita tentang orang-orang pada masa lalu. Yakni kejadian-kejadian perilaku manusia yang bisa dijadikan pelajaran bagi manusia bagaimana menata kehidupan.

Dalam kitab At Tibyan fi Ulumil Quran dijelaskan, selain itu Alquran juga berisi kabar tentang kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa mendatang. Prof Didin menjelaskan bagi orang yang menolak Alquran dengan takabur dan sombong, maka Allah SWT akan memusuhi orang tersebut.
Sementara pada ayat 42 di surat Az Zumar dijelaskan tentang kekuasaan Allah atas nyawa manusia.
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.”
Cendekiawan Muslim Prof Didin Hafidhuddin menjelaskan bahwa Allah SWT yang memiliki kewenangan mencabut nyawa setiap manusia dalam kondisi apapun. Prof Didin menjelaskan tidur merupakan salah satu fenomena yang luar biasa untuk direnungkan.

Sebab dalam kondisi tidur manusia tak sadar apa yang terjadi namun seluruh organ tubuhnya tetap berfungsi normal sebab izin dari Alah dan karena Allah belum berkehendak mencabut nyawanya hingga sampai pada waktu yang ditentukan.
Setiap manusia pasti akan mengalami kematian. Namun yang paling bahagia setelah proses kematian itu adalah orang yang dijauhkan dari neraka, dan di masukan ke dalam surga.

Karena itu Prof Didin menjelaskan pada ayat 43 dan 44 surat Az Zumar manusia diperintahkan untuk hanya meminta pertolongan kepada Allah. Karena hanya Allah yang dapar memberikan pertolongan pada berbagai hal yang dibutuhkan manusia.
Bahkan Allah menolong siapa pun yang memohon padanya kendati tidak memiliki sesuatu apapun.

Dengan tegas pada ayat ke-44 surat Az Zumar dijelaskan bahwa hanya pertolongan adalah milik Allah dzat yang menguasai langit dan bumi.
قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا ۖ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ “Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”

“Jangan menjadikan yang lain sebagai sembahan atau dijadikan meminta pertolongan, karena tidak akan ada manfaatnya, tidak ada gunanya kecuali dengan izin Allah,” kata Prof Didin. (sumber : Harian Republika/Republika.co.id).



*****
Fotografer : Abah John.