Jumat , 09 June 2017, 13:28 WIB
Red: Agung Sasongko
Oleh: Taufiq Munir *
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Abu Umamah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang perilaku apa yang semakin mendekatkannya kepada Allah, amal apa yang meninggikan derajat keagamaannya, serta pahala apa yang akan membimbingnya ke surga. Rasulullah menjawab singkat, “Puasalah. Karena manfaat puasa tak ada bandingnya”. (HR. Nasaa’i).
Rupanya inilah rahasia mengapa para sahabat lain dan salafussalih berjibaku berpuasa, baik pada bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan. Terbukti di siang hari tidak pernah dapur rumah Abu Umamah mengepul saking konsistennya berpuasa. Begitupula ummul mukminin Aisyah rha. Beliau rajin berpuasa dan selalu berusaha puasa.
Puasa akan menyemburat, menembus keluhuran spiritualitas manusia, memberangus dosa dan maksiat, serta memperkuat dinding-dinding halalan thoyyiba. Sehingga kalau yang terakhir ini terjadi, berarti penolakannya terhadap sesuatu yang diharamkan menjadi terasa enteng.
Namun ada satu sasaran yang jauh lebih agung daripada itu, yaitu agar manusia mencapai derajat ketakwaan yang lebih tinggi. (QS. Al-Baqarah [2]: 183).
Oleh karena itu puasa juga bertingkat-tingkat. Menurut Nabi, puasa yang tinggi nilainya adalah puasa yang tidak diikuti dengan noda-noda dosa. “Siapa saja yang puasa sehari dengan mengharap ridha Allah, dan ia sempurnakan puasanya (hingga sebulan), niscaya ia akan masuk surga”.
Alquran menyebut bulan puasa Ramadhan sebagai bulan Alquran. Baik puasa ataupun Alquran, kedua-duanya memberikan syafaat. Jika umat Islam yang berpuasa diberikan syafaat karena menolak makan-minum dan mengekang syahwat, sedang Alquran memberi syafaat karena Alquran mampu menggeser waktu tidur kita lebih lambat dari biasanya.
Dalam Hadis dinyatakan: “Bacalah Alquran, sesungguhnya Alquran akan memberi syafaat bagi pembacanya di hari Kiamat”. (HR. Muslim).
Maka, pantas saja jika surga Royyan, surga yang berada di tempat yang istimewa akan dihadiahkan khusus untuk umat yang berpuasa: “Semua amal anak Adam hanya untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Ia khusus untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya”, begitu firman Allah dalam Hadis riwayat Bukhari. Wallahu a’lam.
* Ketua TIDIM LDNU, Hongkong
*******
Republika.co.id