Sumber-Sumber Keburukan

Sumber-Sumber Keburukan

917
0
SHARE
ilustrasi merenungi waktu dan dosa. (jart-gallery.blogspot.com).

Red: Agung Sasongko

Oleh: Iu Rusliana

ilustrasi merenungi waktu dan dosa. (jart-gallery.blogspot.com).
ilustrasi merenungi waktu dan dosa. (jart-gallery.blogspot.com).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Syekh Ibn Taimiyyah dalam kitabnya al-Hasanah wa Sayyiah menyatakan bahwa sumber keburukan itu, antara lain, kebodohan, kezaliman, syahwat, dan kelalaian. Ingatlah, setan akan terus menggoda manusia. Waspadalah selalu, jadikan akidah sebagai benteng, amal saleh sebagai perhiasan keseharian, dan zikir sebagai napas kehidupan.

Berusahalah sekuat tenaga agar bersama orang bodoh bukan menjadi kebiasaan. Alquran surah al-A’raf ayat 199 mengingatkan, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang untuk mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.”

Kebodohan akan membawa kepada malapetaka. Orang bodoh itu bukan berarti mereka yang tidak bersekolah atau berpendidikan. Namun lebih kepada sikap yang mengabaikan pada kebenaran, mengumbar hawa nafsu, dan berangan-angan tanpa berusaha keras. Mereka tidak mempersiapkan masa depan pascakehidupan dunia dengan baik.

Boleh jadi pendidikannya hanya sekolah dasar, tetapi penuh dengan kebaikan dan kemuliaan. Atau bahkan tidak mengenyam bangku sekolah, tetapi mampu menebar manfaat, menjaga ibadah, dan mau belajar agama tiada henti. Mereka yang selalu mengingat kematian, mempersiapkan bekal sebaik mungkin dan terus menebar kebaikan.

Sementara itu, tetap saja akan dinilai sebagai orang bodoh walau mungkin saja gelarnya profesor, bilamana kesehariannya penuh dengan keangkuhan, lalai akan kebaikan dan tertutup hatinya dari kebenaran.

Jabatannya boleh jadi presiden, gubernur, menteri, bupati, wali kota, rektor, atau apa pun itu, tetapi akan tetap dinilai bodoh, bila jauh dari rasa peduli, terus berusaha mempertahankan jabatan dengan segala cara, abai kepada hak-hak bawahan, lalai dari beribadah, sombong dan riya ketika berbuat kebaikan, serta membuat kebijakan yang jauh dari rasa keadilan.

Ketika ketidakadilan dipertontonkan, keburukan hanya tinggal menunggu waktu untuk betebaran. Kezaliman akan melahirkan perlawanan, kebencian, kerusuhan, bahkan peperangan. Bersikap adillah kepada diri sendiri, keluarga, bawahan yang dipimpin, teman seperjuangan, juga siapa pun yang berinteraksi dengan kita.

Bila merasa telah berbuat tidak adil, segeralah bertobat kepada Allah Swt dan meminta maaf kepada mereka yang dizalimi.

Allah SWT juga mengingatkan kita agar menjauhi orang lalai dan mengumbar hawa nafsu. “Janganlah engkau mengikuti orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Kami dan mengikuti hawa nafsunya. Dan keadaannya melampaui batas.” (QS al-Kahfi: 28).

Sifat lalai itu boleh jadi karena terlalu berorientasi kepada kehidupan dunia. Mungkin pula karena telah bertumpuknya perilaku maksiat dan hawa nafsu yang diperturutkan. Akibatnya, Allah SWT mengunci hati dari kebenaran.

Masih ada saat untuk berbenah, memperbaiki diri, dan berusaha agar terhindar dari keburukan yang tidak hanya merugikan di dunia ini, tetapi lebih jauh lagi di akhirat nanti. “Sesungguhnya tobat di sisi Allah, hanyalah tobat orang-orang yang berbuat keburukan karena kebodohan, kemudian mereka bertobat dengan segera, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Mahabijaksana.” (QS Annisa: 17).

Mari jadikan hidup ini penuh keberkahan, kemanfaatan, sibuk memperbaiki diri, tiada sedetik pun lalai dari mengingat-Nya. Wallaahu a’lam.

*********

Republika.co.id

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY