“Pengungsi Amuk Cimanuk Bubar Jalan Tinggalkan Huntara”
Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Kamis, 13/07 – 2017 ).
Sebanyak 177 Kepala Keluarga atau 554 pengungsi terdampak pergerakan tanah di Desa Sindangsari Kecamatan Cisompet Garut, Jawa Barat, mereka mendesak Pemkab setempat bisa segera direlokasi pada lokasi yang dinilai aman.
Lantaran selain semakin jenuh bermukim pada hunian sementara sejak Pebruari 2016 silam, juga dana stimulan “Bahan Bangunan Rumah” (BBR) bersumber dari Kemensos RI bernilai Rp1,71 miliar terancam lenyap maupun harus dikembalikan kepada negara, jika hingga akhir Desember 2017 pembangunan rumah relokasi belum maupun tak terealisasi.
Demikian dikeluhkan para pengungsi korban tanah bergerak termasuk Maman (45), kepada Garut News di Cisompet, Kamis (13/07-2017) juga katakan, dana stimulan BBR tersebut dialokasikan untuk membantu pembangunan 171 unit rumah relokasi, yang masing-masing mendapatkan stimulan Rp10 juta.
Hingga kini total dana stimulan Rp1,71 miliar ada di rekening kelompok, tetapi masih belum bisa dicairkan lantaran kegiatan pembangunan relokasinya masih belum dimulai pada tanah seluas sekitar 14.000 m2 tak jauh dari Desa Sindangsari.
Menurut Maman beserta korban lain tanah bergerak itu, dari 14.000 m2 tanah diperlukan untuk relokasi ini, katanya pula sekitar 9.000 m2 di antaranya sudah dibebaskan atau diganti rugi, sehingga sisanya sekitar 5.000 m2 masih belum tuntas diganti rugi atau dibebaskan.
“Pengungsi Amuk Cimanuk Bubar Jalan Tinggalkan Huntara”
Dalam pada itu ratusan pengungsi terdampak amuk Sungai Cimanuk 20 September 2016, yang selama ini mengungsi pada “Hunian Sementara” (Huntara) rumah susun milik Yayasan Pendidikan Islam Al-Musadaddiyah.
Mereka terpaksa bubar jalan atau meninggalkan Huntara tersebut.
Banyak di antaranya yang mengontrak rumah, dan mengisi rumah kosong milik saudara dekat, serta hidup menumpang di rumah sanak-famili.
Lantaran rumah susun yang selama ini dijadikan pengungsian.
Bakal segera dimanfaatkan pemiliknya sehubungan tibanya masa sekolah tahun pelajaran baru 2017/2018.
Sehingga 36 KK atau 146 pengungsi termasuk anak-anak dan balita terpaksa hengkang dari Huntara rumah susun tersebut.
Sebab mereka pun masih belum direlokasi oleh Pemkab setempat ke rumah yang kini masih gencar dibangun.
Huntara rumah susun itu, semula dihuni 48 KK atau 190 pengungsi, yang secara bertahap mereka pindah mencari rumah kontrakan, serta menumpang mengisi rumah saudara terdekat.
*****