Garut News ( Jum’at, 21/07 – 2017 ).
Upaya nyata mendorong tumbuhnya Desa-Desa Emas di Kabupaten Garut, maka Sekolah “Tinggi Agama Islam al Musadaddiyah” (STAIM) Garut memproyeksikan para mahasiswanya sebagai insan akademik yang bisa berperan serta aktif, selaku Patriot Desa yang mengkatalisasi berkembangnya desa-desa di kabupaten setempat menjadi Desa Emas.
Karena itu, sebelum menerjunkan para mahasiswa pada kegiatan “Kuliah Kerja Mahasiswa” (KKM) di tengah masyarakat sebagai bagian kegiatan harus ditempuh sebelum menyelesaikan pendidikan untuk meraih gelar kesarjanaannya, STAIM membekali peserta KKM dengan ragam pengetahuan dasar, dan keterampilan seputar Desa Emas pada kegiatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) KKM-nya.
Pada Diklat KKM STAIM Garut 2017 berlangsung 17 dan 18 Juli 2017 di aula kampus setempat, bertemakan “Optimalisasi Potensi dan Peran Patriot Desa Menuju Desa Emas Kabupaten Garut” tersebut, diikuti 147 mahasiswa.
Mereka terdiri 22 mahasiswa Hukum Ekonomi Syari’ah, 98 mahasiswa Pendidikan Agama Islam, dan 27 mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini.
Ketua “Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat” (LP2M) STAIM Rofiq Azhar katakan, Desa Emas itu merupakan konsep digunakan menggambarkan peradaban desa tangguh, mandiri, bermartabat, sejahtera, dan membawa dampak kepada pembangunan bangsa.
Desa membangun Indonesia. Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya alam dan sumber daya manusia di desa untuk mencapai kemandirian, khususnya pangan, energi, keuangan inklusif, baik untuk rumah tangga, dan masyarakat.
Desa Emas berarti membangun desa dengan semangat EMAS. Yaitu semangat Enterpreneur, Mandiri, Adil dan Sejahtera, sesuai amanah Pancasila atau Maqashid Syariah. Sehingga terwujud ketahanan keuangan, energi, pangan, dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, subsistem keuangan, dan subsistem konsumsi memanfaatkan sumber daya desa secara berkelanjutan.
“Beda dengan program serupa digulirkan pemerintah, misalnya desa peradaban, yang lebih merupakan program bantuan pemerintah, program Desa Emas lebih kepada pengoptimalan pelbagai potensi desa setempat agar bisa mandiri, dan sejahtera,” imbuh Rofiq.
Dikemukakan, 147 peserta Diklat KKM 2017 ini disebar pada sembilan desa di wilayah Kecamatan Cibatu. Masing-masing di Desa Karyamukti, Sindangsuka, Sukalilah, Cibunar, Wanakerta, Girimukti, Mekarsari, Padasuka, dan Desa Kertajaya.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan STAIM sebagai PT memiliki tanggungjawab pengabdian dan pelatihan aplikatif, mahasiswa berkembang sebagai agen perubahan transformasi masyarakat dengan warga masyarakat yang mandiri. Sehingga terbentuk desa dinamis, bangkit, maju, dan terbangun sinergitas dengan Pemerintah, dapat melahirkan kebijakan yang implementatif, dan berdampak , enterpreuner, mandiri, adil, dan sejahtera,” ungkap Rofiq.
Salah seorang narasumber Anggota Kelompok Kerja Industri Pedesaan pada “Komite Ekonomi dan Industri Nasional” (KEIN) RI Iwan Agustiaan Fuad berharap KKM tak hanya kegiatan formalitas mahasiswa menempuh pendidikannya, melainkan betul-betul pengabdian mahasiswa termasuk jajaran dosen terhadap masyarakat.
“Mahasiswa memiliki bekal cara masuk pada kegiatan di desa, dan bisa menjadi katalisator perubahan desa menuju desa mandiri. Mesti ada perubahan paradigm di kalangan mahasiswa kini yang bukan hanya berorientasi bekerja, dan bergantung pada pihak lain, melainkan terbangun semangatnya membangun desa,” imbuh Iwan pula.
Dikatakan, sejak pencanangan Desa Emas sekitar 2016 lalu, hingga kini terdapat 321 desa pada sejumlah provinsi kerjasama membangun Desa Emas. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan termasuk salah satu pemerintah daerah merespon positif terbangunnya desa-desa khususnya di Jawa Barat menjadi desa-desa emas.
“Program ini kan terbilang baru. Mungkin butuh 5-7 tahun untuk melihat perkembangan pembentukan Desa Emas ini,” ujarnya.
*******
(NZ).