Red: Agus Yulianto
REPUBLIKA.CO.ID/Garut News ( Rabu, 14/12 – 2016 ). Oleh: Ustaz Erick Yusuf *
Entah apa yang dipikirkan oleh penulis asli tokoh fiksi pendekar “Wiro sableng” Bastian Tito ketika menyematkan angka 212 sebagai senjata sakti sekaligus semangat di dada pendekar Wiro sableng tersebut. Namun, saat ini, kita juga mempunyai spirit 212 di dada kita walaupun dengan interpretasi lain dari simbol 212.
Bukan lagi kapak Naga Geni, tapi lebih ke semangat kebangkitan Islam. Kenangan betapa berjuta juta Muslim Indonesia berbaur dalam suka duka yang sama di Jakarta.
Buih-buih itu, kini berubah menjadi ombak besar yang sanggup menelan kemaksiatan di sekitarnya. Setangkai lidi yang terserak menemukan kelompoknya kembali. Dia telah berubah menjadi sapu yang kuat. Yang sanggup menyapu kemungkaran di hadapannya.
Ya…umat Muslim Indonesia seakan menemukan semangat persaudaraan yang lama hilang. Yang telah lama ditelan ruwetnya rutinitas dan hiruk pikuk keduniaan.
Peristiwa 212 yang bersejarah bagaikan sebuah tombol detonator ‘bom waktu’ yang telah ditekan untuk meledakkan seluruh potensi positif. Kebaikan dan sekaligus kebangkitan umat Islam.
Bukan hanya nusantara, tapi juga dunia. Karena, sesungguhnya, dunia menyaksikan aksi superdamai (Aksi Bela Islam III) yang dilakukan umat Islam Indonesia. Dunia menjadi saksi telah terjadinya shalat Jumat berjamaah terbesar sepanjang sejarah.
Dunia menjadi saksi bangkitnya kesadaran umat Islam Indonesia dengan memperlihatkan kegigihannya dalam menegakkan keadilan di muka bumi dengan cara yang ma’ruf, yang elegan, yang sangat Islami.
Revolusi kebangkitan telah dimulai. ‘Raksasa’ yang tertidur mulai menggeliat bangun. Tentu kita harus lebih bekerja keras memperbaiki diri. Mulai dari hal-hal yang kecil, dari aktivitas keseharian, dari banyak hal yang diremehkan.
Akhlak perilaku keshalehan menjadi kunci, selain tentu skill dan kemampuan. Mari mengasah mata hati, menjernihkan akal qolbu, bukan hanya menajamkan pikiran dan mengeraskan kekuatan otot.
Mari merapatkan barisan, banyak pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan agar ‘raksasa’ itu benar-benar bangun dan mengaum. Tapi, sekarang, terasa oleh kita semua bahwa hal tersebut bukan lagi mustahil, bukan lagi angan-angan. Itu tampak jelas, terasa disudut-sudut relung sanubari hati yang merindu.
Ayo masuk ke dalam arus perubahan. Karena, semua yang terlambat akan tertinggal dan semua yang mengadang akan terhempas. Kekuatan apapun itu tidak ada yang akan sanggup menghalanginya.
*) Pimpinan Lembaga Dakwah iHAQi
**********
Republika.co.id