Esay/Fotrografer : Yan Agus Supianto
Garut News ( Selasa, 07/03 – 2017 ).
Takdir seseorang kerap menjadinya besar meski harus dijalani dengan ragam cobaan; berupa cobaan ekonomi, jabatan atau kedudukan sosial, bahkan cobaan penyakit. Tak terkecuali, hal tersebut menimpa, lelaki paruh baya, Yana Supriatna (52) berperawakan kecil dengan kacamata minus tebal.
Nyaris selama dua tahun berjuang melawan gangguan fungsi otak alias stroke. Akibatnya sempat tak bisa berbuat apa, makan pun mesti disuapi sang istri mendampinginya selama 18 tahun, bahkan sekadar memegang kwas juga tak bisa dilakukannya.
Namun sebagai kepala rumah tangga wajib menafkahi istri dan keempat putranya, tentu menjadi beban berat tersendiri. Tetapi, beban itu sirna tatkala istri pendamping hidupnya, Sri Yuliasari (40), banyak memberi spirit agar tetap survive.
Sedangkan hobbi mengambar, kemudian menjadikan awal kebangkitannya melawan jenis penyakit ini. Perlahan ia pun mencoba dan terus mencoba menggoreskan pinsil 8B-nya diatas kertas bekas. Sangatlah berat, bahkan peluh malahan keringatpun bercucuran saat berjuang mengoreskan gari-garis panjang, dan tebal membutuhkan power tinggi bagi seorang penyandang stroke.
Dengan dorongan kuat dirinya dan support sang istri, akhirnya rintangan awal terlalui. Akhirnya bisa membuat sketsa sempurna.
“Hingga kini hasil karya saya hampir dua ribuan, sedangkan yang di-upload di medsos hampir lima ratusan”, ungkap Yana di Media Center Diskominfo Kabupaten Garut, Senin (06/03-2017).
Pria dikenal bernama goresan sketsanya Destra Yana, katakan, upaya mencapai kesembuhan hampir 95 persen itu, salah satunya dengan metode ‘Sketsa Teraphy’ – terapi mengandalkan kekuatan fisik tangan ditunjang daya imajinasi menggambar berbentuk sketsa wajah.
Agar pengalamannya diketahui khalayak dan keahliannya bergambar sketsa wajah, ia memanfaatkan media sosial ‘facebook’. Hasilnya, di wall pribadinya Dapur Sketsa Destra Yana, karyanya menjadi mendunia.
Teman medsosnya antara lain dari Inggris, New Caledonia, Australia, Belanda, Jepang, serta sahabat medsos dari luar Garut lainnya.
“Justru dengan orang Garut sendiri kurang”, ujarnya memberi alasan hubungan pertemanan jejaringnya.
Keahliannya mengemas sketsa wajah, kini dikenal, di dunia maya.
“Kewalahan, setiap hari saya harus melayani sahabat medsos yang ingin digambar”, katanya, dan menambahkan, hasil karyanya baru mengakomodir sahabat tanpa memberikan tarif, dengan alasan mengutamakan persahabatan.
Dengan keahliannya kini, lelaki kerahiran Tasikmalaya tersebut mampu menyekolahkan keempat putranya.
Prinsip bagai air mengalir terlihat dari tutur kata dan bahasa tubuhnya. Obsesinya, ia bercita-cita ingin menggelar pameran tunggal, dengan menampilkan item : Sketsa Biasa Buat Orang luar Biasa, sebuah penghargaan dirinya bagi sosok inspiratif yang menghasilkan karya bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya.
“Saya masih mencari sosok yang akan dijadikan objek sketsa saya, agar tak menimbulkan syak wasangka dengan obsesi ini”, katanya pula antara lain menambahkan.
**********
Editor : JDH.