“Ditemukan Fakta Baru Lebih Kaya Dibandingkan Situs Gunung Padang”
Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Selasa, 18/07 – 2017 ).
Lokasi maupun kompleks bebatuan unik bersusun mirip di situs Gunung Padang Cianjur ditemukan di Desa Margalaksana Kecamatan Bungbulang selatan Kabupaten Garut, Jawa Barat, baru-baru ini diduga merupakan hasil karya manusia zaman purba sekitar 3.000 tahun “sebelum masehi” (SM).
Sehingga Komplek Batu Raden tersebut, disebut-sebut berpotensi sebagai situs megalitikum memiliki punden berundak yang luasnya melebihi situs Gunung Padang yang memiliki luas bagian permukaan sekitar 900 m2.
“Hasil analisa sementara, batu ini bukan hasil alam, tetapi produk tangan manusia. Ini berdasar penelitian TIM MARI (Masyarakat Arkeologi Indonesia) dari Bandung kemarin. Tampaknya, memang perlu penelitian lebih lanjut,” ungkap Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten setempat, Cecep Saeful Rahmat, Selasa (18/07-2017).
Camat Bungbulang Heri Hermawan juga berpendapat, komplek Batu Raden belum bisa diputuskan sebagai situs purbakala, atau lainnya.
“Harus berdasar kajian pihak berkompeten, dan saat ini sedang diupayakan untuk itu,” ujarnya.
Beda dengan dikemukakan Koordinator Tim Paguyuban Jagaraksa Karuhun asal Bungbulang Anwar Sodik yang mendampingi Tim MARI selama penelusuran lapangan.
Dikemukakan, berdasar hasil penelusuran dilakukan Tim MARI termasuk di dalamnya Tim Geologi Universitas Padjajaran, dan Tim Peneliti Kebudayaan berpengalaman melakukan penelitian di situs Gunung Padang Cianjur, pada kompleks Batu Raden ditemukan fakta-fakta baru lebih kaya dibandingkan situs Gunung Padang.
Situs Batu Raden yang berada sekitar 300 meter di atas permukaan laut berjarak sekitar 3-4 kilometer dari pantai selatan Cijayana Mekarmukti Garut itu, juga diduga seluas 24.000 hektare meliputi empat desa, termasuk wilayah Desa Margalaksana Bungbulang, dan Desa/Kecamatan Mekarmukti.
Selain bebatuan berbentuk balok/pancang/tiang berbagai ukuran, serta batu bundar bersusun disebut batu susun, di komplek Batu Raden ditemukan pula batu berlapis disebut batu belang, atau batu sisik karena bentuknya persis sisik ikan.
Batu susun ditemukan sepanjang “Daerah Aliran Sungai” (DAS) Cikawung dengan ketinggian dinding berkisar 50 meter hingga 70 meter. Berjarak sekitar 1,2 kilometer dari sana ditemukan dinding batu belang, atau batu sisik berketinggian 70 meter hingga 90 meter dengan bagian dinding baru tersingkap dari sebelumnya tertutup tetumbuhan sepanjang 300 meter.
Di bagian bawahnya terdapat tumpukan batu susun masuk kawasan Leuweung (hutan) Raden. Batu pancang/tiang sendiri ditemukan sedikitnya di 30 titik.
Pada masing-masing dinding batu mulai bagian bawah hingga puncak terdapat semacam undakan, mirip situs-situs punden berundak di kawasan situs cagar budaya punden berundak Batu Lulumpang Cimareme Banyuresmi Garut, dan daerah lainnya, termasuk situs Gunung Padang.
“Dinding-dindingnya selain berundak, juga terdapat beberapa lubang semacam tempat berpijak untuk menaiki dinding batu. Kian menguatkan dugaan para ahli kemarin bahwa Batu Raden ini merupakan buatan manusia, bukan bentukan alam. Kalaupun bentukan alam, namun tetap ada keterlibatan perlakuan manusia di dalamnya. Maka komplek Batu Raden layak disebut situs budaya, atau situs prasejarah,” imbuh Sodiq disertai Pamager Luar Paguyuban Jagaraksa Karuhun Jajang Sopyan.
Yang lebih menguatkan kompleks Batu Raden itu merupakan situs budaya, lanjut Sodik, di sekitar lokasi juga ditemukan dinding batu tulis dengan tulisan diduga berbahasa/aksara Ibrani, salah satunya di Kampung Cibiru Ranca Kawung Desa/Kecamatan Mekarmukti.
Juga, terdapat sejumlah bangunan makam tua misterius berukuran besar dan panjang di lokasi berbeda. Salah satunya makam sepanjang tujuh meter selebar dua meter disebut makam Raden Purba Kawasa di kawasan Leuweung Raden Kampung Cikaso Mekarmukti.
“Yang cukup aneh, pada susunan batu-batu ditemukan, ada semacam lem atau semen yang mengikat satu batu dengan lainnya. Ada dugaan juga jika di balik dinding-dinding batu di situ Batu Raden ini terbangun ruangan-ruangan,” ungkap Sodiq.
Dengan sejumlah temuan tersebut, apakah situs Batu Raden akan menjadi situs prasejarah fenomenal paling besar di dunia menggeser situs Gunung Padang yang sebelumnya disebut-sebut situs prasejarah terbesar ?
Semuanya masih menjadi misteri. Beragam riset dan penelitian masih harus terus masif dilakukan untuk menemukan fakta-fakta ilmiah terbaru guna mengungkap apa sebenarnya yang ada di balik Situs Batu Raden ini.
******
(NZ).