Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Kamis, 13/07 – 20176 ).
Baru-baru ini, masyarakat pemerhati sejarah dan budaya melaporkan terdapat sebuah lokasi di Kampung Cibiru Desa Margalaksana Kecamatan Bungbulang selatan Kabupaten Garut, berupa bukit memanjang terdiri deretan balok-balok batu berbentuk unik dan aneh mirip balok-balok batu di situs megalitikum Gunung Padang Cianjur.
Bahkan batu-batu unik di Desa Margalaksana tersebut, tak hanya memiliki kemiripan dengan Gunung Padang melainkan juga diduga lebih banyak lagi. Dengan radius keberadaan batu-batuannya lebih luas. Tak heran, jika arealnya dinilai berpotensi merupakan situs megalitikum seperti halnya Gunung Padang.
Hanya, beda dengan situs Gunung Padang yang mengundang beragam upaya riset dan penelitian tak hanya para ahli dalam negeri melainkan para ahli pelbagai negara di dunia, keberadaan bebatuan di Desa Margalaksana kadang disebut Batu Raden itu bisa dikatakan belum tersentuh penelitian sama sekali.
Meski baru-baru ini, jajaran Disparbud kabupaten setempat, dan Wabup Garut Helmi Budiman merespon laporan itu dengan meninjau ke lokasi. SAehingga, Pemkab Garut pun disebut-sebut segera mengundang Tim Ahli untuk bisa mengungkap keberadaan bukit balok batu misterius ini, katanya.
Seperti halnya bebatuan di Gunung Padang Cianjur, bebatuan di Desa Margalaksana berbentuk pula balok-balok batu memanjang ragam ukuran dengan tampak muka persegi lima, atau persegi enam bergaris tengah bervariasi mulai sekitar 15 centimeter lebih. Panjang balok batu juga bervariasi.
“Panjangnya ada mencapai tiga meter. Menurut warga bahkan ada juga mencapai lima meter. Sayangnya, banyak balok batu patah-patah, dan dimanfaatkan warga dijadikan dinding rumah, atau batu tatapakan untuk jalan,” ungkap Kepala Disparbud Budi Gan Gan didampingi Kepala Bidang Kebudayaan Cecep Saeful Rahmat, Kamis (13/07-2017).
Menurut Cecep, balok-balok batu di Margalaksana tersusun rapih menjorok ke dalam membentuk dinding berketinggian sekitar 50 meter dengan panjang bentangan diperkirakan satu kilometer lebih, mulai Desa Margalaksana hingga perbatasan Desa Mekarmukti.
Dinding balok-balok batu tersebut berada persis sepanjang sebuah aliran sungai kecil yang terdapat di sana. Sehingga keberadaannya lebih merupakan bantaran sungai bersangkutan, katanya pula.
Pada musim hujan, dinding batu-batu balok ini tak terlalu kelihatan karena tertutupi berbagai macam tanaman merambat yang tumbuh di sana.
Belum diketahui jenis batu berbentuk balok-balok panjang tersebut. Namun penduduk setempat menyebutkan batuan tersebut lebih keras dan lebih kuat dibandingkan umumnya bebatuan yang dimanfaatkan penduduk untuk pelbagai keperluan.
“Penduduk juga tak tahu jenis batuannya apa. Hanya menurut mereka, bukan bahan batu biasa yang ada di sana. Batunya lebih kuat, dan seperti dibawa dari luar. Maka, penduduk memanfaatkan batu-batu balok ini untuk bangunan rumah atau tatapakan karena kekuatannya itu,” kata Cecep.
Selain batu-batu berbentuk balok panjang, pada bagian lain terdapat deretan batu berbentuk tak kurang uniknya, berbentuk bundar cukup tebal mirip lontong yang dipotong-potong. Batu tersebut cenderung lebih berwarna sehingga diduga jenisnya berbeda dengan bebatuan berbentuk balok panjang itu. Batu-batu bundar berdiameter cukup lebih sehingga bisa untuk tempat duduk.
Sebagian susunan batu bundar itu diduga runtuh tampak berserakan di sungai.
“Akan ada rombongan dari arkeologi ke lokasi Batu Raden Cibiru. Menurut sejumlah ahli yang sempat melihat ke lokasi, di Batu Raden ini ada peninggalan situs yang hampir sama dengan situs Gunung Padang Cianjur. Benar atau tidaknya, tentu mesti dilakukan penelitian lebih lanjut lagi,” kata dia.
(NZ).