Jumat , 07 July 2017, 08:50 WIB
Red: Hazliansyah .
REPUBLIKA.CO.ID, — Belakangan terjadi kegaduhan di negeri ini. Muncul sekelompok pihak yang mengklaim paling mencintai negeri ini. Memang wajar jika ada pihak yang mengaku paling mencintai negaranya karena hal itu merupakan hal alami sebagai anak bangsa.
Namun, menjadi kontraproduktif ketika klaim tersebut hanya dijadikan alat untuk mengusik, memberangus, atau menggebuk. Sebagaimana mereka punya definisi cinta negeri yang tidak pernah divalidasi kesahihannya, pihak lain pun punya definisi tersendiri.
Dengan definisi yang berbeda itu maka saya kira terlalu naif jika satu pihak mengklaim pihak lain sebagai pembangkang. Dalam situasi ke-Indonesiaan yang sedang gaduh seperti saat ini, tidak tepat jika memaksakan kehendak semaunya.
Dengan kondisi tersebut, seolah sengaja dibuat konflik horizontal di tengah masyarakat. Jika Anda mendukung kami maka Anda adalah pecinta negeri ini. Jika tidak, maka Anda di seberang jalan dan harus kami tindak tegas.
Sebenarnya, klaim kecintaan pada negeri harus dibuktikan dengan aksi nyata. Tanpa bermaksud membuat justifikasi, tentu orang yang mengaku paling cinta dan pemilik negeri ini adalah mereka tidak rela sumber daya alam dan asetnya dikuasai asing, misalnya.
Sehingga, dalam membuat kebijakan tidak gegabah menghibahkan aset dan SDA kepada asing. Cinta pada negeri adalah mereka yang tidak rela rakyat menderita, tidak membiarkan sejengkal tanah pun lepas dari bagian negeri ini.
Mereka yang terdepan dalam menjaga masa depan anak bangsa dari budaya liberal yang merusak. Bukan mereka yang sebenarnya tidak tahu apa itu cinta negeri, namun bersembunyi di balik jargon tanpa makna.
Nawang Ratri Anggraini
Sukoharjo, Jawa Tengah
**********
Republika.co.id