Garut News ( Senin, 30/09 ).
Satu lagi kekayaan biodiversitas Halmahera terungkap.
Setelah beberapa waktu lalu ilmuwan mengungkap keberadaan jenis baru “hiu berjalan” di perairan wilayah tersebut, kini ilmuwan mengungkap adanya spesies baru “tikus berduri”.
Spesies tikus kemudian disebut tikus berduri Boki Mekot, sesuai nama tempat penemuannya, itu ditemukan lewat proyek penelitian dari ilmuwan University of Copenhagen, dan Museum Zoologi Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Tim membuat jebakan dengan umpan kelapa bakar dan selai kacang, ditempatkan pada batang pohon dan bukaan liang.
Tim kemudian mengambil spesimen tikus serta menganalisisnya, baik morfologi maupun genetik.
Dengan analisis tersebut, tim menemukan spesies punya nama latin Halmaheramys bokimekot ini.
Dalam publikasi di Zoological Journal of the Linnean Society, tim mengungkap tikus itu bukan sekadar spesies baru, melainkan juga genus baru.
“Jenis hewan pengerat ini menggarisbawahi besarnya jumlah keanekaragaman hayati belum diketahui di wilayah itu, dan betapa penting upaya konservasinya,” kata Perre-Henri Fabre, pimpinan peneliti dari Center of Macroecology, Evolution, and Climate University of Copenhagen.
“Penemuan ini menunjukkan masih banyaknya kekayaan kehidupan belum ditemukan, terutama dari wilayah kepulauan di Indonesia,” kata Kristofer Helgen dari Smithsonian Institution seperti dikutip BBC, Jumat (20/9/2013).
Seperti namanya, tikus jenis baru ditemukan ini memiliki bulu-bulu keras menyerupai duri.
Bagian punggung tubuhnya berwarna coklat dengan ujung ekor berwarna putih, serta bagian perut kelabu terang.
Temuan ini menarik lantaran sekaligus menggarisbawahi keragaman biota di Maluku menjadi salah satu tempat menginspirasi lahirnya teori evolusi.
Dahulu, lantaran pengamatan di wilayah Maluku, Alfred Wallace menulis surat pada Charles Darwin kemudian memublikasikan The Origin of Species.
Temuan ini, juga mendukung pemikiran Wallace tentang perbedaan fauna di timur, dan barat wilayah Indonesia, dipisahkan garis Wallace.
H bokimekot memiliki kekhasan.
Sementara kebanyakan hewan di timur Indonesia punya karakteristik Australia, spesies ini lebih menunjukkan karakteristik Asia.
**** Kompas.com