Garut News ( Kamis, 24/07 – 2014 ).

Sejak beberapa pekan menjelang Lebaran Idul Fitri 1435 H/2014 ini, bahkan dipastikan pada saat, dan pasca Lebaran setiap bengkel, atawa penyedia jasa service sepeda motor, dan mobil diserbu banyak konsumen.
Lantaran para pemilik kendaraan bermotor, sangat mendesak memerlukan moda angkutan berkondisi prima, enak dipakai, nyaman dinikmati, maupun tak mogok di tengah perjalanan.

Tak hanya para pemudik memerlukan kondisi tersebut, melainkan pula mereka tak mudik pun, membutuhkan sarana transfortasi pribadi memadai.
Sebab, jika hanya mengandalkan atawa menggunakan moda angkutan penumpang umum, dipastikan “Ribet”, malahan selama ini pun kerap dicekik kenaikan tarif angkutan tak wajar.
Sehingga logis, jika sebelum Lebaran Idul Fitri, banyak pemilik kendaraan bermotor memantapkan kondisi moda angkutan pribadinya, termasuk kendaraan dinas.
“Pematri Kian Kesepian”

Namun ternyata, kondisi ramainya penyedia servise kendaraan bermotor diserbu banyak konsumen itu, tak dialami oleh mereka berfofesi semakin langka, sebagai “pematri”.
Profesi selama ini dikenal dengan sebutan “tukang patri” tersebut, malahan kian kesepian lantaran semakin banyak ditinggalkan konsumennya.
Meski pematri berupaya keras “menjemput bola”, berkeliling kampung dan pemukiman penduduk, menjajakan jasa layanannya.

“Tak seperti dulu pak, terutama sejak digantinya kompor minyak tanah dengan kompor gas, penghasilan pematri sangat melorot tajam,” ungkap Dadang kepada Garut News, Kamis (24/07-2014).
Dadang, lelaki berusia 69 tahun, penduduk Perkampungan Cempaka, Garut, Jawa Barat, juga mengaku, profesinya itu, total ditekuninya sejak 1961.
Ayah tujuh anak, serta kakek lima cucu tersebut, katakan selama ini setiap hari sejak pagi hingga menjelang sore berkeliling menjajakan jasanya.

Menempuh jarak sejauh belasan kilometer, paling banyak menjaring konsumen pun hanya bisa membawa uang ke rumah Rp25 ribu.
Sedangkan jika sepi, acap pulang ke rumah tak membawa uang sepersen pun, katanya.
Apalagi kini, banyak ibu rumah tangga tak lagi menggunakan alat masak berbahan baku seng, melainkan kian merebak-marak menggunakan perangkat masak berbahan “steinles”.
Atawa jenis peralatan modern lainnya, ungkap Dadang, menambahkan.
*******
Esay/ Foto : John Doddy Hidayat.