Garut News ( Sabtu, 22/02 – 2014 ).
Situ atawa Danau Bagendit, termasuk sekurangnya 58 situ seluas 83,34 hektare lebih di Kabupaten Garut, Jawa Barat, semakin mendesak perlukan “kapal penyapu danau”.
Lantaran potensi industri pariwisata, dan sumber daya air tersebut, semakin sarat dipenuhi tanaman gulma atawa eceng gondok, juga beragam jenis tanaman air liar lainnya.
Padahal objek, dan daya tarik wisata Situ Bagendit, terhampar bisu di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi itu, berdaya tarik wisata alam prosfektif bernilai ekonomi tinggi.
Terhampar bisu di perairan seluas 50 hektare lebih pada ketinggian 800 mdpl, tetapi sebagian besar sarat dipenuhi eceng gondok.
Memiliki konfigurasi umum lahan datar dan berbukit, didukung tingkat abrasi rendah menjadikan Situ Bagendit secara geologi, baik bagi kegiatan pariwisata.
Sedangkan aspek klimatologi juga bisa mendukung kegiatan industri pariwisatanya, lantaran bertemperatur udara berkisar 32oC – 38oC dengan curah hujan rendah, atawa 200‐500 mm/tahun.
Bentang alamnya dikelilingi bukit sehingga menambah keindahan panorama Situ
Bagendit.
“Kudu Segera Dibenahi”
Bupati setempat, Rudy Gunawan pernah katakan pembenahan kawasan objek wisata ini, kudu dilakukan dengan gerakan nyata.
Sebab menjadi salah satu objek wisata andalan, namun segudang masalah masih mewarnai keberadaannya.
Penegasan Orang Nomor satu Garut tersebut, mengemuka saat membuka kegiatan “Babarengan Beberesih Bagendit”, Ahad (26/01-2014) siang.
Kepala Disbudpar, Mlenik Maumeriadi mengemukakan pula, kegiatan pembersihan eceng gondok memasuki hari kedua itu, juga di ikuti ormas kepemudaan, pramuka, KNPI serta warga masyarakat peduli lingkungan.
Sedangkan kata bupati, salah satu hal kudu diselesaikan Pemkab setempat berupa persoalan kepemilikan.
Situ Bagendit ini, aset milik Pemprov Jawa Barat tetapi keberadaanya di Kabupaten Garut.
“Bakal kami koordinasikan dengan Pemprov Jabar,” Katanya.
Selain itu, kata dia dari sisi penataan, Kawasan Situ Bagendit masih belum maksimal, lihat saja masa mau berekreasi melihat keindahan air situ, tetapi banyak dipenuhi gulma.
Perlu kerja nyata kontinyu menangani upaya ini.
Kegiatan pembersihan ini pun jangan hanya sebatas seremonial, tak hanya sebatas setelah di buka, kegiatan selesai.
Melainkan kudu terdapat kegiatan lanjutan dan penutupnya, nanti kita lihat apakah persoalan ini selesai, imbuhnya menyerukan.
“Tak Mungkin Segera Tuntas Jika Dilakukan Manual”
Gagah Prakoso dari Basarnas kepada Garut News, menyatakan kian meluas dan tebalnya hamparan eceng gondok nyaris menutupi sebagian besar permukaan Perairan Bagendit.
Tak mungkin bisa segera tuntas dibersihkan jika dilakukan secara manual.
Karena itu, dia berupaya memberi solusi memanfaatkan sarana selama ini digunakan Basarnas, lantaran dinilai multi guna atawa banyak fungsi.
Selain bisa dimanfaatkan kegiatan evakuasi 16 korban jika terjadi bencana, juga diwaktu luang dapat dimanfaatkan membersihkan permukaan air.
Ungkapan senada dikemukakan Direktur Teknik Airboat Indonesia, Wendy Chandra, ST seraya langsung mengoperasionalkan pirantinya, menyapu bersih hamparan tumpukan eceng gondok.
Piranti ini, produk dalam negeri atawa Asli Indonesia, bisa melesat dengan kecepatan maksimal 86 km/jam, meski pada pemukaan air setinggi 20 cm.
Kapal penyapu danau ini, berkapasitas mesin 450 tenaga kuda dengan volume celinder engine 8.200 cc.
Radius jangkauannya bisa dioperasionalkan selama lima jam, setiap pengisian tangki bahan bakar 120 liter pertamak, ungkapnya.
Sedangkan harganya setiap unit, bisa bervariatif sesuai jenis mesin digunakan, atawa hanya berkisar Rp600 juta hingga Rp800 juta.
Demikian Gagah Prakoso, dan Wendy Chandra kepada Garut News, menambahkan.
Sejak beberapa hari terakhir Tim Basarnas memeragakan kuda besinya itu, menghalau sekaligus membersihkan eceng gondok Bagendit.
Pada rangkaian perhelatan “Pekan Amal Yang Muda, Yang Berkarya” pada Obyek Wisata Situ Bagendit Kecamatan Banyuresmi.
“Demikian barangkali, potret fenomena beragam dinamika denyut nadi kehidupan di Kabupaten Garut, Jabar, terakam garutnews.com, Sabtu (22-02-2014)”.
******
Esay/ Foto : John Doddy Hidayat.