Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Kamis, 24/08 – 2017 ).
Sepanjang lintasan “Daerah Aliran Sungai” (DAS) Cimanuk di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, kini kian mengesankan sangat “menghanyutkan” bahkan membahayakan untuk direnangi.
Lantaran selama ini nyaris setiap tahun terjadi kasus kecelakaan yang menelan korban jiwa.
Malahan kasus kecelakaan hingga menelan korban jiwa tersebut, justru lebih sering terjadi pada setiap musim kemarau. Terutama ke arah hilir sungai, mulai wilayah tengah hingga Utara Garut.
Sehingga banyak kalangan berpendapat, seringnya terjadi kasus kecelakaan pada sungai ini di musim kemarau sebab karakteristik sungai terbesar dan terpanjang di kabupaten setempat tersebut, memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan sungai lain pada umumnya.
Sejak beberapa tahun terakhir, meski intensitas debit air sungai Cimanuk cenderung melorot cukup drastis. Namun jika musim hujan kerap mengalami banjir bahkan banjir bandang, dan di musim kemarau menyusut tajam bahkan nyaris semakin mengering.
Mereka mengemukakan, sungai itu memiliki banyak lokasi lubuk (bagian sungai yang dalam) berkondisi bawah airnya berarus deras juga memutar berupa pusaran bawah air. Juga terdapat bebatuan besar cukup membahayakan. Baik yang tampak di permukaan maupun di bawah permukaan air.
“Apabila kemarau, banyak titik lokasi air terlihat cukup jernih dan tenang di permukaan. Padahal di bawahnya ada arus memutar cukup kencang. Nah, bagi tak mengenal medan, kondisi ini menarik dijadikan tempat mandi atau berenang. Padahal sangat berbahaya. Apalagi jika di bawahnya ada bebatuan besar, dan licin. Kemungkinan itu pula dialami dua pekerja asal Bandung di jembatan Maktal itu,” ungkap Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Garut Fajar Hendarsyah, Rabu.
Dikatakan, berdasar keterangan sejumlah saksi, beberapa hari sebelum kejadian menimpa dua penduduk Bandung, persis di lokasi sama sejumlah anak-anak warga sekitar juga sempat diketahui bermain bersukaria, dan berenang di sana. Namun diduga karena mengenal detail kondisi medan, mnaka tak terjadi sesuatu pun pada mereka.
“Mungkin anak-anak ini tahu kondisinya. Waktu berenang pas tumpahan air pada cerukan bendungan jembatan Cimanuk itu, mereka langsung menjauh mengikuti arah arus sampai lokasi agak dangkal. Istilahnya papalidan. Sedangkan dua korban itu, langsung terjun ke daerah memang ada pusaran airnya, dan mungkin terus terseret-seret di kedalaman sekitar 3-5 meter,” katanya.
Dijelaskan kecelakaan maut di sungai Cimanuk pada sekitar lokasi pembangunan keermer tersebut, cukup sering terjadi sebelumnya.
Karena itu, menghindari kejadian serupa, dia menghimbau masyarakat tak berenang di Sungai Cimanuk, terutama di daerah rawan kecelakaan agar tak terjadi hal serupa. Pihak terkait juga supaya mengambil langkah pencegahan. Setidaknya memasang papan peringatan di lokasi rawan.
Paskakecelakaan sungai menelan dua korban jiwa asal Bandung sekitar bawah jembatan RSU Maktal Kecamatan Tarogong Kidul pada Selasa (22/8/17) itu, Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan Garut Kota langsung melakukan pemasangan plang larangan berenang di sekitar lokasi kejadian. Lokasinya perbatasan antara wilayah Kecamatan Tarogong Kidul dengan Kecamatan Garut Kota.
Sebelumnya dilaporkan, proses pencarian dua buruh bangunan pembuatan bentangan ‘keermer’ sepanjang ratusan meter pada DAS Cimanuk, berlanjut, Rabu (23/08-2017) mulai sekitar pukul 08.30 WIB.
Lantaran upaya pencarian kedua korban tenggelam tersebut, hingga menjelang pukul 21.00 WIB, Selasa (22/08-2017), masih belum membuahkan hasil.
Berdasar informasi pelbagai sumber yang dihimpun Garut News menunjukan, pada Selasa (22/08-2017), sekitar pukul 17.00 WIB kedua buruh bangunan bersama tiga rekan seprofesinya berenang pada sungai itu, yang lokasinya di bawah jembatan Kampung Maktal RT. 04/13 Kelurahan Paminggir Kecamatan Garut Kota.
Menurut tiga saksi mata yang selamat, kedua korban loncat berenang tetapi mendadak sontak keduanya berteriak meminta tolong, lantaran demikian cepat tertarik ke dalam sungai sehingga rekan korban tak bisa sempat menolongnya.
“Padahal saat kemarau ini, kondisi sungai normal maupun tak meluap deras”
Sedangkan kedua korban diduga kuat tenggelam serta hanyut tergerus aliran sungai tersebut, masing-masing Fajar Kkoirul Dwi Asta (18) penduduk Cipanawar Desa Cempaka Mekar Kecamatan Padalarang Bandung, serta Riki (19) warga Kampung Nyondol RT. 04/08 Desa Cempaka Mekar juga di Padalarang Bandung.
Sedangkan saksi maupun ketiga rekan korban terdiri Frebi M. Agustin (22) asal Cilame RT. 04/08 Desa Cempaka Mekar Padalarang Bandung, kemudian Yogi Hasanudin (18) penduduk Kampung Tagok Apu RT. 02/16 Tagok Apu Padalarang Bandung, dan Rudi (17) warga Kampung Pasir Ageng RT. 01/15 Tagok Apu Padalarang Bandung.
Mereka mengerjakan pembangunan yang diselenggarakan “Balai Besar Wilayah Sungai” (BBWS) Cimanuk Cisanggarung, guna mengantisipasi luapan sungai jika terjadi banjir bandang seperti yang berlangsung pada 20 September 2016 silam.
Menyusul terjadinya puncak amuk Sungai Cimanuk yang antara lain menelan sedikitnya 50 korban jiwa, serta meluluh lantakan puluhan hingga ratusan unit rumah penduduk.
Tim Pencari dari Tagana Dinsos kabupaten setempat, antara lain menemukan baju salin dan tas kecil diduga kuat milik korban Riki, di antaranya berisikan sebuah telepon genggam, sebungkus rokok, serta sebungkus kemasan kopi susu.
Kedua korban saat berenang mengenakan baju kerja ‘over all’, dalam pada itu tim melakukan pencarian yang sempat menyisir ke arah hilir sungai, terdiri antara lain Tim dari Damkar, BPBD, Gerhana Watter, Recue Jenggala, Tagana, dan FKPM, juga masyarakat sekitar aliran sungai.
Kedua korban itu pun, berhasil ditemukan pada Rabu, atau keesokan harinya pasca terjadi kasus kecelakaan tersebut, Keduanya berkondisi meninggal dunia.
********
(NZ, Jdh).