Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Kamis, 23/03 – 2017 ).
Jajaran Seksi Penempatan Tenaga Kerja pada “Dinas Tenaga Kerja” (Disnaker) Kabupaten Garut, selama ini “intens” menyelenggarakan advokasi terhadap setiap seluruh calon “Tenaga Kerja Indonesia” (TKI) agar mereka bisa memahami sosial budaya lingkungan kerjanya, serta penduduk negara tujuan.
Selain itu, juga dapat memahami hak dan kewajiban termasuk mengetahui prosedural yang berlaku jika hendak menyelesaikan permasalahan atau sengketa di lingkungan kerja mereka masing-masing.
Kepala Seksi Penempatan Kerja pada Disnaker kabupaten setempat, Arif Rahman katakan pihaknya pun kerap menyosialisasikan peluang serta tantangan dunia kerja bagi para angkatan kerja baru lulusan pendidikan formal, maupun kepada mereka dalam kapasitas pencari kerja.
Khusus bagi calon TKI, yang selama ini umumnya hanya terpikirkan besarnya penghasilan, namun mereka pun mendapatkan pemahaman secara detail tentang ragam dampak bekerja di luar negeri, serta solusi menanggulanginya berdasar peraturan dan peruindang-undangan yang berlaku.
Kepada Garut News, Kamis (23/03-2017), Arif Rahman di ruang kerjanya mengemukakan pula, selama 2016 lalu tercatat 22.528 pencari kerja, terdapat 2.332 pencari kerja di antaranya berhasil tersalurkan. Sedangkan angka selebihnya bisa saja ada yang tersalurkan tetapi tak melapor ke Disnaker, katanya.
Sebanyak 2.332 tenaga kerja yang tersalurkan, antara lain meliputi sekitar 1.851 tenaga kerja di antaranya yang paling dominan bekerja di pabrik sepatu, selebihnya tersebar pada perusahaan industri lain, termasuk di rumah makan siap saji.
Ada pula 105 tenaga kerja ke luar negeri, antara lain Singapura, Taiwan, dan Malaysia, ungkapnya.
Kemudian sejak Januari 2017 hingga kini terdapat 4.227 pencari kerja yang terdaftar, ada 1.132 tenaga kerja di antaranya tersalurkan, antara lain 875 di pabrik sepatu, serta lainnya pada perusahaan lain.
Dijelaskan Arif Rahman, ke depan bisa diagendakan rencana penyelenggaraan pelatihan “Soft Skill” bagi para pencari kerja di daerahnya.
Soft skills, berkaitan kecerdasan emosional, sifat kepribadian, ketrampilan sosial, komunikasi, berbahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme mencirikan kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain. Sangat penting melengkapi hard skills, atau kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient).
Soft skill menyangkut karakter pribadi seseorang bisa meningkatkan interaksi individu, kinerja pekerjaan dan prospek karir.
Tak seperti hard skill berkenaan kemampuan menyerap ilmu atau keahlian, dan kemampuan melakukan jenis tugas, atau kegiatan tertentu.
Soft skill berhubungan kemampuan seseorang berinteraksi efektif dengan sesamanya, baik di dalam dan di luar tempat kerja. Soft skills juga bentuk kompetensi perilaku sehingga dikenal pula sebagai keterampilan interpersonal, atau people skills.
Mencakup keterampilan komunikasi, resolusi konflik dan negosiasi, efektivitas pribadi, pemecahan masalah secara kreatif, pemikiran strategis, membangun tim, keterampilan memengaruhi, dan keterampilan menjual (gagasan atau ide).
*********