Garut News ( Jum’at, 23/05 – 2014 ).
Sangat tingginya kesenjangan “disparitas” ketersediaan sumber daya air pada musim penghujan, dan kemarau panjang selama ini, lantaran perilaku manusia itu sendiri.
Selama ini banyak pula menjadikan hutan rimba, serta lingkungan menjadi kritis, akibat penjarahan juga perambahan hutan.
Sehingga di musim penghujan kerap terjadi banjir, bahkan serbuan air bah.
Sedangkan saat kemarau panjang menjadi kering kerontang atawa krisis air, ungkap Kepala Dinas “Sumber Daya Air dan Pertambangan” (SDAP) Kabupaten Garut, Uu Saepudin di ruang kerjanya, Jum’at (23/05-2014).
Karena itu, diperlukan kebersamaan kita seluruh pemangku kewajiban menyelenggarakan konservasi air, berupa tindakan konservasi lahan, terutama pada lahan-lahan kritis.
Agar saat terjadi tingginya intensitas curah hujan, bisa langsung menyerap ke dalam tanah, lantaran dengan kondisi hutan lestari bisa terhindar dari bencana tanah longsor, juga banjir lumpur.
Sekaligus senantiasa tersedianya cadangan air, bisa bermanfaat ketika kemarau panjang, ungkapnya pada Peringatan Ke-22 Hari Air Dunia Tahun 2014.
Dikemukakan pula, penanganan disparitas tersebut, patut dilakukan terpadu atawa “berkolaborasi” bersama seluruh komponen dan elemen.
*****
Esay/ Foto : John Doddy Hidayat.