Sang Merah Putih, Riwayatmu Kini

Sang Merah Putih, Riwayatmu Kini

1299
0
SHARE
Menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Dwi Warna "Merah Putih" (Foto : John Doddy Hidayat).

Sabtu , 26 August 2017, 06:00 WIB

Red: Maman Sudiaman

Oleh : Asma Nadia

Menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Dwi Warna "Merah Putih" (Foto : John Doddy Hidayat).
Menjahit Bendera Pusaka Sang Saka Dwi Warna “Merah Putih” (Foto : John Doddy Hidayat).

REPUBLIKA.CO.ID, Wanita berusia 22 tahun ini tidak pernah mengira, keterampilan menjahitnya membuat ia menjadi bagian penting sejarah Indonesia. Ketika menyatukan kain katun Jepang berwarna merah dan putih, sejatinya ia sedang menjahit persatuan bangsa.

Kain berukuran 276 x 200 cm berbentuk persegi panjang, hasil jahitan Fatmawati, berwarna merah di bagian atas dan bawahnya berwarna putih. Kedua warna berukuran sama, kemudian dikenal sebagai Sang Saka Merah Putih. Bendera pertama yang berkibar saat kemerdekaan Indonesia.

Asma Nadia. (Daan Yahya/Republika).
                          Asma Nadia. (Daan Yahya/Republika).

Ahmad Mansur Suryanegara, dalam bukunya Api Sejarah mengungkap, merah dan putih adalah warna yang sama dengan warna panji Rasulullah. Bendera serupa yang juga dibawa Pattimura ketika melawan Belanda. Bahkan dalam sejarah tercatat, sejak 1293 Kerajaan Majapahit menggunakan panji dengan corak senada sehingga muncul spekulasi Raden Wijaya adalah seorang muslim.

Kebetulan juga, warna merah putih juga dipakai sebagai bendera Monaco sejak 1881, hanya saja komposisi ukurannya berbeda. Dua berbanding tiga untuk bendera Indonesia sedangkan Monaco memiliki ukuran empat berbanding lima.

Sejak pengibaran pertama, bendera pusaka dipasang setiap hari perayaan kemerdekaan dalam upacara kenegaraan. Akan tetapi sang dwi warna pertama robek pada 1968, kemudian disimpan rapi di Istana Merdeka, dan selalu dibawa setiap peringatan kemerdekaan untuk mengiringi bendera replika ketika dikibarkan.

Sebulan berlalu sejak pengibaran perdananya, bendera Merah Putih mengalami ujian pertama kali pada 19 September 1945, sewaktu tentara Belanda, yang datang bersama sekutu, mengibarkan bendera Belanda di atas gedung Yamato dan memancing kemarahan rakyat yang ramai-ramai memanjat gedung dan merobek bagian berwarna biru.

Kisah kepahlawanan silih berganti bermunculan demi mempertahankan Merah Putih tetap berkibar di bumi nusantara.

Hingga kini sang dwi warna masih punya cerita.

Panitia Sea Games Malaysia menerbitkan panduan yang menempatkan warna merah putih terbalik posisinya menjadi putih merah. Ada kemarahan, walaupun bukan kesengajaan. Presiden meminta masalah ini jangan dibesar-besarkan. Sekalipun untuk event internasional, kesalahan tersebut terbilang fatal.

Kisah lain tentang bendera datang dari Lamongan. Zulia Mahendra, anak bungsu terpidana mati bom Bali, Amrozi kini mau memberi hormat pada bendera setelah sepuluh tahun menolak melakukannya. Bahkan ia berperan menjadi petugas pengibar bendera.

“Baru satu tahun saya sembuh dari dendam dan marah pada negara, sejak Abi dieksekusi,” katanya pada media.

Bendera Merah Putih akan selalu punya cerita. Di masa lalu, masa kini, juga masa depan.

Semoga saja torehan kisah di masa depan akan menjelma kisah-kisah membanggakan.

Merah Putih yang berkibar gagah di berbagai ajang olahraga ketika Indonesia meraih emas dalam berbagai kesempatan.

Merah Putih yang mengundang decak kagum karena menghasilkan putra-putri bangsa yang berperan aktif dalam mengatasi berbagai masalah dunia.

Merah Putih yang berkibar di puncak gedung tertinggi dunia yang ada di tanah air, karena bangsa Indonesia sudah sejahtera.

Semoga kita menjadi saksi ketika semua deret kebanggaan itu terjadi.

*********

Republika.co.id

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY