Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Selasa, 07/03 – 2017 ).
Kondisi sangat mengenaskan mewarnai sehari-hari anak laki-laki berusia 14 tahun ini, terpaksa hanya bisa termangu tak berdaya atau terbaring di kasur kecil lapuk. Berpandangan mata tampak nanar, dengan tubuh kurus kering. Nyaris menyisakan tulang berbalut kulit.
Meski sekali-kali duduk sekadar menghilangkan pegal juga kejenuhan, dia sama sekali sulit merasakan kenyamanan. Lantaran lutut kaki kanannya tak bisa menekuk. Begitu pun kedua lengan sukar digerakkan. Setiap kali berupaya meluruskan kaki atau menggerakkan tangan, rasa sakit tak terperi serta merta menjalar membuatnya hanya bisa mengaduh, dan meringis perih.
Pergi sekolah, bahkan sekadar bermain dengan teman-teman hanya tinggal menyisakan angan-angan di benak. Risman mengetahui keberadaan anak-anak tetangga dari suara tawa ceria mereka terdengar gaungnya melalui celah-celah bilik rumah beranyaman bambu.
Selama ini waktunya dihabiskan di atas kasur lapuk terhampar di lantai rumah berukuran sekitar 18 meter2. Bahkan sering kali buang air kecil maupun buang air besar di sana.
Tak ada merawatnya selain sang ibu Ny. Kokom (50), dan nenek Mak Iyok (75). Namun waktu dimiliki sang ibu hanya sore hingga pagi sebab siang hari sibuk mencari nafkah memburuh dengan penghasilan jauh dari mencukupi.
Sedangkan neneknya terbilang janda jompo berkondisi kesehatan juga memprihatinkan. Sementara sang ayah lama bercerai, dan entah berada di mana.
Kondisi dialami Risman berlangsung sejak tujuh tahun terakhir. Menurut Ny. Kokom, sebenarnya anaknya yaitu Risman terlahir dan tumbuh normal laiknya anak-anak. Namun menginjak usia sekitar tujuh tahun, atau sewaktu duduk di bangku kelas satu Sekolah Dasar, dia terjatuh, dan terus mengalami sakit demam memaksanya hanya bisa terbaring di tempat tidur.
Sempat ditangani tukang urut, namun sakitnya tak kunjung sembuh. Terbentur masalah ekonomi keluarga, dia hingga kini sama sekali tak sempat mendapatkan penanganan medis.
Diperparah, karena tak mendapatkan asupan yang laik, kondisi Risman terus memburuk. Pertumbuhan fisiknya jauh tertinggal dari teman-teman sebayanya. Tubuhnya kering kerontang. Nyaris hanya tinggal tulang belulang berselimut kulit. Diduga dia mengalami gizi buruk.
“Jangankan untuk pengobatan, untuk menutupi kebutuhan makan sehari-hari saja susah. Saya kerja kuli, tetapi penghasilan sangat jauh dari UMK (upah minimum kabupaten). Namun saya pun ingin anak saya sembuh, dan tumbuh berkembang seperti anak-anak lainnya,” ungkap Ny.Kokom, dengan nada lirih Senin (06/03-2017).
Penduduk Kampung Cipepe RT 01/01 Mekargalih Tarogong Kidul itu katakan, kendati serba kekurangan, sampai saat ini, dirinya tak pernah mendapatkan bantuan dari pihak manapun termasuk pemerintah desa setempat.
Tak pernah menerima sentuhan bantuan “Program Keluarga Harapan” (PKH) maupun bantuan tunai langsung. Akses mendapatkan layanan “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial” (BPJS) juga tak dimilikinya.
Tetangga Ny. Kokom, termasuk Mamat (41) menyayangkan tak adanya perhatian pemerintah daerah termasuk pemerintahan desa setempat terhadap kondisi dialami Risma beserta keluarganya tersebut.
“Kami ingin membantu. Tetapi apa daya. Kondisi kami tetangganya juga sama lemah ekonomi. Hanya mereka memang lebih butuh perhatian. Ny. Kokom sendirian harus menanggung dua jiwa sama-sama kondisinya repot. Ibunya jompo sering sakit-sakitan, dan jalan pun beringsut. Bayangkan ! Makan pun paling-paling hanya bala-bala, dan lepeut,” ujar Mamat.
Menurutnya, kondisi Risma sekarang ini agak mendingan bisa berbicara meski tak lancar. Sebelumnya dia hanya terbaring di kasur, dan sama sekali tak bisa berbicara.
Mamat menyebutkan, bangunan rumah berdindingkan anyaman bambu ditinggali Ny. Kokom itu merupakan rumah ibunya Mak Iyok, dibangun di atas tanah milik pihak lain.
“Maka, rasanya menyakitkan ketika melihat pemerintah Garut mengada-adakan beragam acara Hari Jadi Garut seperti pesta yang seolah Garut maju, rakyatnya makmur. Padahal kami rasakan sangat jauh dari kenyataan,” ungkap pria sehari-hari berprofesi buruh serabutan itu.
*********
(NZ, Jdh).