BANDUNG (voa-islam.com), Garut News ( Kamis, 07/08 – 2014 ).
– Pihak Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Kota Bandung belum mau banyak bicara mengenai segelintir masyarakat mendukung kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Pihak kampus mengungkapkan, gerakan ini bisa saja muncul dari kalangan mahasiswa.
Meski demikian, pihak UIN mengaku masih kudu meninjaunya secara akademis.
“Sebetulnya seorang akademisi tak boleh mengatakan itu sesat, ini tak sesat kecuali dengan dasar argumentasi akademik,” jelas Deddy Ismatullah, Rektor UIN Sunan Gunung Djati, menanggapi deklarasi dukungan terhadap kelompok itu di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Selasa (05/08-2014) kepada ROL.
Dari sisi politik praktis, menurut Deddy munculnya dukungan terhadap gerakan ISIS di indonesia bisa saja dianggap sebagai ancaman.
Kekhawatiran ini dibangun sebagai langkah preventif bukan represif agar negara tak kecolongan.
“Saya meneliti, tak boleh sembarang saya berbicara,” katanya lagi ketika dimintai tanggapan soal ISIS.
Untuk di Bandung, ia menilai dukungan terhadap gerakan ini belum marak.
Namun, ia melihat ISIS mungkin saja berkembang dari kalangan mahasiswa atawa kelompok masyarakat merasa tak puas ketidakadilan dunia.
Ketakadilan ia maksud, contohnya penjajahan atas Palestina oleh Israel.
Ketika ditanya potensi aksi terorisme mungkin muncul dari gerakan ini, Deddy tak sependapat.
Ia melihat teroris sesungguhnya, Israel dan Amerika.
“Ini harus dilakukan respon positif, kenapa kok terbalik-balik dunia ini, mereka (Israel-red) menghantam negara sah, saya katakan teroris itu Amerika dan Israel,” kata dia.
Senada dengan Rektor UIN Sunan Gunung Djati, Presiden Bolivia Sebut Israel itu Negara Teroris
Presiden Bolivia, Evo Morales, mengecam Israel terus melancarkan serangan ke Gaza hingga menimbulkan ribuan korban tewas.
Morales menyebut Israel sebagai ‘negara teroris’ lantaran tak henti-hentinya membunuhi warga Gaza.
Morales pun mengambil langkah nyata dengan menghapuskan perjanjian bebas visa dengan Israel sudah berjalan sejak 1972.
‘‘Itu (penghapusan perjanjian) berarti, dengan kata lain, kita menyatakan, Israel sebagai negara teroris,” kata Morales seperti dilaporkan media lokal Pagina Siete dikutip USA Today pada Kamis (31/07).
Morales menyebut Israel pantas dicap negara teroris sebab negara Yahudi itu tak menghormati prinsip-prinsip dan tujuan dari piagam PBB.
Israel juga tak menghormati prinsip-prinsip hak asasi manusia. [aj/Republika]
********