Ratusan Pengungsi Refleksikan Setahun Puncak Amuk Cimanuk

Ratusan Pengungsi Refleksikan Setahun Puncak Amuk Cimanuk

1220
0
SHARE
Buku Produk Reportase Garut News, Fakta Sejarah Prahara POuncak Amuk Cimanuk, 20 September 2016 Silam.

“Gelar Do’a Bersama Sekaligus Maknai Penyambutan Tahun Baru Hijriyah “

Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat

Garut News ( Selasa, 19/09 – 2017 ).

Buku Produk Reportase Garut News, Fakta Sejarah Prahara Puncak Amuk Cimanuk, 20 September 2016 Silam, Segera Terbit Edisi Jilid Berikutnya.

Sekitar 28 “kepala keluarga” (KK) atau 127 pengungsi termasuk bayi  terdampak puncak amuk Sungai Cimanuk Garut, Jawa Barat, pada 20 September 2016 silam, menggagendakan penyelenggaraan “refleksi” satu tahun terjadinya prahara banjir bandang tersebut, Rabu (20/09-2017).

Pada helatan yang terselenggara secara berswadaya dan sederhana tersebut, berlangsung bada shalat maghrib berupa gelaran do’a bersama sekaligus memaknai penyambutan datangnya Tahun Baru Hijriyah 1438 H/2017.

Agus Setiawan.

“Mereka selama ini menghuni “hunia sementara” (huntara) Gedung LPSE kabupaten setempat,” ungkap Koordinatornya Agus Setiawan, membenarkan.

Menurut para pengungsi termasuk  Heni Titin (60), ibu lima anak dan nenek lima cucu tersebut, katakan, pada do’a bersama itu sekaligus sebagai wahana menginstrospeksi diri atawa mencoba mengevaluasi kondisi selama ini.

Hj. Yati Kerap Membangun Komunikasi Dengan Anak Pengungsi Terdampak Amuk Cimanuk.

Lantaran rumah permanen miliknya seluas 48 m2 beserta seluruh isinya pun telah rata dengan tanah dilibas amuk Sungai Cimanuk.

Sehingga penduduk Kampung Sindang Wargi RT. 1/11 Kelurahan Pakuwon Kecamatan Garut Kota ini, terpaksa kini membuka warung makanan dan minuman ringan di huntara Gedung LPSE agar bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, sebab total seluruh harta benda bernilai Rp100 juta lebih, raib terbawa hanyut.

Acap Berdialog dan Memotivasi Positip Kalangan Pengungsi.

“Bermukim di Huntara pun, kini kian langka mendapatkan bantuan kebutuhan sembako, selain apabila terdapat sumbangsih dari kalangan dermawan,” tuturnya.

“Saya tetap akan bermukim di Huntara LPSE, kecuali jika direlokasi. Atau mendapat bantuan dana pemerintah Rp70 juta untuk membeli tanah dan membangun rumah sendiri, bahkan jika perlu pemerintah membayar kontrakan rumah, barulah saya bisa keluar dari gedung LPSE,” imbuh Janda tersebut.

Pengungsi huntara Gedung LPSE.

“Jika tetap dipaksa harus keluar dari gedung LPSE karena bakal segera digunakan institusi teknis terkait, maka saya pun bersama pengungsi lainnya bakal berpindah mengungsi di Gedung Pendopo atau Pamengkang,” tandasnya yang juga diamini para pengungsi lainnya.

Pengungsi lainnya termasuk Aa, demikian kerap akrab disapa mengemukakan, bakal tetap bertahan di huntara Gedung LPSE sebelum direlokasi atau mendapatkan solusi lainnya dari pemerintah, bukan berarti kami tak malu atau ingin menguasai gedung LPSE, melainkan hanya menunggu bisa segera direlokasi.

Bekas Lokasi Terlibas Puncak Amuk Cimanuk, Kian Ditumbuhi Semak Belukar.

Sehingga dengan ragam alasan mendasar, mereka menolak keras untuk dipindahkan ke huntara lainnya, melainkan bakal tetap bertahan di huntara Gedung LPSE, kecuali langsung direlokasi atau ada alternatif lainnya.

Dalam pada itu, pembangunan rumah bagi relokasi para pengungsi hingga kini masih belum seluruhnya tuntas, sehingga kegiatan relokasi masih belum bisa direalisasikan.

Berdasar informasi berhasil dihimpun Garut News menunjukan, pembangunan rumah tapak untuk relokasi terdampak banjir bandang ini, kini mencapai sekitar 410 unit dari kebutuhan sekitar 1.307 unit rumah.

Pembuatan Peninggian Tanggul Sungai Cimanuk.

Dari 410 unit rumah tersebut, terdiri di lokasi Kopi Lombong ada 43 unit, kemudian di Lengkong Jaya (127 unit) diagendakan tuntas Desember, Rusun Margawati (140 unit) tengah dibangun, serta di Gadok (100 unit) bantuan  “Qatar Charity Indonesia” (QSI).

Sedangkan 897 unit rumah tapak lainnya untuk relokasi diperoleh informasi diagendakan bakal dibangun pada Juli 2018 mendatang dengan dana pusat atau BNPB.

Seorang Pengungsi Huntara Gedung LPSE Terpaksa Jari Kaki Kanannya Diamputasi.

Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama Kabupaten Garut, Hj. Yati antara mengemukakan upaya pembentukan karakter seluruh anak pengungsi khususnya di Huntara LPSE berupa penyelenggaraan pengajian, serta pembinaan budi pekerti yang baik.

Termasuk senantiasa disosialisasikannya manfaat perilaku hidup bersih, dan sehat. Sedangkan mengenai do’a bersama diupayakan bisa memberikan sumbangsih pemenuhan kebutuhan makanan, serta minuman ringan.

Saat ini pun berlangsung pembuatan, peninggian tanggul banjir dan pelindung Sungai Cimanuk Kabupaten Garut Paket 2, sepanjang sekitar 1,5 km bernilai kontrak Rp19.875.289.000,00 dilaksanakan PT. Serena Abadi sejak 3 Maret 2017, dengan waktu pelaksanaan selama 300 hari kalender.

 

********

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY