Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat.
Garut News ( Sabtu, 03/11 – 2018 ).

Foto berita Garut News pada edisi akhir pekan ini, Sabtu ( 03/11 – 2018 ), memotret wahana salah satu potensi perikanan darat di Kabupaten Garut, Jawa Barat, yang menjadi raib lantaran diranggas kekeringan dampak kemarau panjang.
Sumber daya air Situ atawa Danau Rancakukuk, yang berkondisi permukaan perairannya mengalami penyusutan sangat drastis tersebut, hingga kini masih belum pulih.

Kendati sejak beberapa hari terakhir sempat turun hujan, namun masih belum memadai memenuhi kebutuhan air yang diperlukan.
Padahal aset carik desa seluas sekitar 7,5 hektare, seluas 2,5 hektare di antaranya carik Desa Bagendit itu, selama ini bisa dijadikan sarana wisata sangat prosfektif.

Kini sepanjang mata memandang berkondisi retak, rekahan permukaan tanahnya pun kian parah, sebab tak tergenangi air akibat diterpa teriknya kemarau.
Berlokasi pada lintasan ruas badan jalan jalur alternatif mobilitas ragam moda transfortasi antara Jakarta – Surabaya, dan sebaliknya.

Sedangkan potensi ekonomi Danau Rancakukuk tersebut, selain menjadi wahana pembudidayaan ragam jenis ikan air tawar. Seperti antara lain jenis ikan mas, nila, deleg juga lele.

Hampir sepanjang lintasan bibir pantainya pun, selama ini oleh penduduk setempat, dijadikan areal persawahan.
“Melorot”

Selain Rancakukuk, debit air pada obyek wisata Situ Bagendit di Banyuresmi pun, terus menerus melorot drastis akibat kekeringan musim kemarau tahun ini yang hampir berakhir, maka kunjungan wisata pun mengalami penurunan.
Air permukaan situ (danau) legendaris tersebut, menyusut hingga 1,25 meter. Kondisinya menjadi seperti kawasan rawa mengering berpemandangan tanaman air, terutama teratai terhampar nyaris memenuhi seluruh kawasan bertotal luas sekitar 124 hektare itu.

Aktivitas wisata pun, terutama pelaku usaha mengandalkan moda angkutan air menjadi lesu. Rakit bambu maupun sepeda air tak leluasa berlayar. Begitu juga dengan aktivitas warga nelayan setempat.
Tak sedikit moda angkutan air kini hanya teronggok di atas lumpur yang mengering.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Situ Bagendit Disparbud Garut Tatan S katakan, sekarang hanya sekitar tiga hektare areal permukaan air situ Bagendit masih bisa digunakan aktivitas wisata air.
Sedangkan selebihnya tak ada genangan air. Terlebih sebagian besar areal situ tertutup hamparan tanaman air, terutama teratai.
Kondisi ini, ungkap Tatan, berakibat pada lesunya aktivitas wisata di obyek wisata Situ Bagendit.
“Jumlah kunjungan menurun hingga 40 persen. Dari biasanya jumlah kunjungan wisatawan sekitar 800-1.200 orang per pekan,” ungkapnya.
Diharapkan, musim kemarau segera berakhir, dan hujan segera turun. Sehingga air permukaan Situ Bagendit bisa kembali menggenang penuh. Aktivitas wisata pun dapat kembali bergairah.
Menyusutnya air permukaan Situ Bagendit pada musim kemarau juga mengindikasikan masih belum adanya dampak dari keberadaan Bendung Copong Irigasi Leuwigoong terhadap pasokan air Situ Bagendit.
Hingga kini, masih dipastikan bergantung pada pasokan air hujan, dan aliran air irigasi Ciojar bersumber dari kawasan wisata Cipanas Tarogong Kaler.
Sedangkan kenyataanya, aliran air dari irigasi Ciojar pada musim kemarau ke Situ Bagendit juga terhenti karena airnya dipergunakan mengairi areal persawahan, dan pertanian lain sepanjang aliran irigasi.
Padahal saluran irigasi megaproyek Bendung Copong digadang-gadang akan memasok kebutuhan air Situ Bagendit. Kegiatan pengerukan, dan normalisasi pendangkalan Situ Bagendit pun dilakukan sebagai persiapan penampungan air saluran Bendung Copong.
“Bendung Copong masih belum difungsikan, dan airnya belum disalurkan ke Situ Bagendit,” ujarnya.
********