Ragam Upaya Penanggulangan HIV/AIDS di Garut Masif Diselenggarakan

Ragam Upaya Penanggulangan HIV/AIDS di Garut Masif Diselenggarakan

568
0
SHARE
dr H. Asep Sani Sulaeman, M.Kes.
Merupakan fenomena ‘gunung es’.

“Tewaskan 181 Penduduk dari 695 yang Terinsfeksi”

Garut News ( Ahad, 01/12 – 2019 ).

Kepala Bidang ‘Pencegahan dan Pengendalian’ (P2P) pada Dinkes Kabupaten Garut, dr H. Asep Sani Sulaeman, M.Kes katakan ragam upaya penanggulangan HIV/AIDS, selama ini masif diselenggarakan di kabupaten setempat.

Selain kerap dilaksanakan penyuluhan termasuk penyajian pengetahuan mengenai jenis penyakit tersebut kepada kalangan pelajar, juga terobosan terdapatnya Puskesmas penyelenggara skrining HIV/AIDS. Dengan mewajibkannya kepada pasien Tb paru, ibu hamil, serta populasi kunci.

Cek VCT Gratis, Diselenggarakan Jajaran UPT Puskesmas Guntur.

Jajaran institusinya pun mulai awal 2020 lebih fokus pada penanggulangan stunting pada anak, senantiasa bisa terpenuhinya 17 indikator ‘standar pelayanan minimal’ (SPM), dan merealisasikan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah).

“Secara terintegrasi maupun berkolaborasi pada setiap penyelenggaraan program kegiatannya,” imbuh Asep Sani Sulaeman kepada Garut News saat menghadiri seminar awam HIV/AIDS di Gedong Pendopo Kabupaten, Ahad (01/12-2019).

Tunjukan Hasil Cek VCT. Negatif HIV/AIDS.

Dikemukakan pula, terungkapnya 695 penduduk terinsfeksi HIV/AIDS hingga akhir Oktober 2019, yang menewaskan 181 warga kabupaten setempat. Merupakan fenomena ‘gunung es’.

“Lantaran berdasar estimasi ODHA, dari Kemenkes 2015 saja mencapai 978 kasus,” ujarnya.

Direktur Eksekutif “Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia” (PKBI) Kabupaten Garut, Ir Denden Supresiana menyatakan 695 terinsfeksi jenis penyakit itu, terdiri  285 HIV dan 410 AIDS, sudah terafi ARV 427.

Kepada Garut News dia katakan, yang terinsfeksi masing-masing 462 laki-laki dengan 266 AIDS serta 196 HIV, dan 233 perempuan dengan 144 AIDS serta 89 HIV.

Kelompok umur yang terinsfeksi mulai berusia kurang dari satu tahun hingga berusia diatas 60 tahun, namun didominasi umur berkisar 25 hingga 39 tahun mencapai 529 kasus meliputi 308 AIDS, serta 221 HIV.

Faktor resikonya didominasi pasangan Resti masing-masing perempuan 154 kasus (95 AIDS, 59 HIV), dan laki-laki 34 kasus (18 AIDS, 16 HIV).

Kemudian IDU’s (Penasun) mencapai 188 kasus terdiri 135 AIDS, dan 53 HIV disusul LSL (Laki Seks Laki) ada 171 kasus, waria 23 kasus, WPS (Wanita Pekerja Seks) dua kasus, HRM (Pria Resti) 102 kasus, Perinatal/Anak 16 kasus, serta yang tak teridentifikasi ada lima kasus.

Mereka tersebar pada 38 wilayah kecamatan dari 42 kecamatan di Kabupaten Garut, terbanyak pada tiga kecamatan masing-mssing Kecamatan Garut Kota terdapat 218 kasus meliputi 144 AIDS, serta 74 HIV, Tarogong Kidul 101 kasus, dan Tarogong Kaler 44 kasus.

“Perkembangan Tahun Lalu”

Dari 645 penduduk terinsfeksi HIV/AIDS hingga akhir Desember 2018, menelan kerugian ekonomi negara bersumber APBN sedikitnya mencapai Rp1,152 miliar.

Kerugian ekonomi Rp1,152 miliar tersebut, hanya memenuhi kebutuhan menjalani terapi obat ‘Antiretroviral” (ARV) terinfeksi HIV agar virus dibuat ngumpet atau tidur, yang setiap klien sistem pemberian perawatan menyerap biaya sekitar Rp1,5 juta/bulan.

“Atau tak termasuk pemenuhan penanganan terinsfeksi HIV TB Paru, hepatitis C, dan AIDS kebutuhan biayanya lebih besar lagi,” beber Denden Supresiana.

Garut News juga melaporkan, dari sedikitnya 410 penderita positip HIV/AIDS tercatat hingga akhir Maret 2015, tersebar pada 26 wilayah kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, 138 di antaranya tewas mengenaskan.

Mereka 410 penderita tersebut, termasuk ditemukannya tujuh kasus terbaru positip pada Maret 2015, juga seorang penderia tewas baru-baru ini.

Demikian Pengelola Program “Komisi Penanggulangan AIDS”  (KPA) kabupaten setempat, Guntur Yana Hidayat menjelaskan.

*********

Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY