Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Sernin, 17/07 – 2017 ).
Pusat Konservasi Elang selama ini bersumber dana “Coorporate Social Responsibility” (CSR) PT Pertamina Kamojang, bekerja sama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat.
Berkomitmen berupaya menyelamatkan elang dari perburuan, perdagangan, dan pemeliharaan elang secara ilegal.
Namun dalam pengelolaan wahana tersebut, masih kian mendesak segera diperlukannya kepedulian ragam kalangan juga institusi lain termasuk Pemkab Garut.
Agar bisa maksimal terpenuhinya pembiayaan pengembangan ragam sarana prasarana konservasi ini.
Kini terdapat sekitar 86 elang termasuk 16 di antaranya yang baru diterima (Ahad, 16/07-2017), yang semula sejak dibangun pada 2014 lalu, menerima 12 elang translok dari Sukabumi.
Kemudian 2015, populasinya bertambah dengan diterimanya 20 elang pelbagai jenis dari masyarakat. Terdapat delapan di antaranya dilepasliarkan di kawasan hutan Kamojang.
Sehingga hingga kini masih dilakukan penataan fasilitas, Pusat Konservasi Elang Kamojang itu pun berdiri di atas lahan seluas 11,2 hektare, bisa dikunjungi masyarakat umum termasuk kalangan peneliti dari dalam, dan luar negeri tanpa dikenai tiket masuk.
Saat ini pula, terdapat sekitar tiga elang yang berkondisi sangat sulit bisa dilepas liarkan, lantaran beragam sebab termasuk di antaranya sangat kuatnya ketergantungan pada pakan yang disediakan pemelihara.
Serta faktor kondisi fisik satwa tersebut.
Namun areal bisa dimasuki pengunjung terbatas, sebab sebagian besar lahan diperuntukkan menjadi lahan rehabilitasi elang, dan buffer pelepasliarannya.
“Kunjungan lokasi kita gratiskan. Karena bertujuan pula sebagai wahana edukasi bagi masyarakat, meski para pengunjung pun bisa pula langsung berpartisipasi” ungkap Ketua Raptor Indonesia, Zaini Rakhman.
Sedangkan pemenuhan pakan, setiap bulannya diperlukan pendanaan sekitar Rp16 juta.
Ketika ditemui Garut News, Ahad (16/07-2017).
*******