“John : Selama 167 Tahun Beristirahat (1847 – 2014), Sesekali Kerap Menggeliat, Mengingatkan Raksasa Ini Masih Tertidur”
Garut News ( Sabtu, 26/04 – 2014 ).
Redaksi Garut News pada akhir pekan, Sabtu (26/04-2014), menyajikan potret kian digerusnya potensi Gunungapi Guntur.
Selain sumber daya air panas berkualitas terbaik, semakin diperebutkan juga potensi pasir dan batu termasuk endapan lahar dinginnya, kian terus-menerus digerogoti aktivitas penambangan ilegal, atawa liar.
Gunungapi Guntur dengan nama lain Gunung Gede, kawahnya dikenal bernama Kawah Guntur.
Tipe gunungapi ini, Strato di Kabupaten Garut, Jawa Barat, berketinggian 2.249 mdpl berjarak sekitar 1.600 meter dari pusat kota terdekat.
Berlokasi di Desa Sirnajaya, Tarogong, Garut. Guntur nama sebuah puncak dari suatu kelompok gunungapi disebut Komplek Gunungapi Guntur.
Komplek Gunungapi ini terdiri beberapa kerucut, terdiri Gunung Masigit (2.249 mdpl) merupakan kerucut tertinggi.
Ke arah tenggara dari Masigit terdapat kerucut Gunung Parukuyan (2.135 mdpl), Gunung Kabuyutan (2.048 mdpl).
Pendakian ke puncak atawa kawahnya bisa dari Kampung Citiis sebelah selatan Gunungapi Guntur.
Pemukiman penduduk sekitar Gunungapi Guntur umumnya berada pada ketinggian 600 – 1000 mdpl.
Pemukiman ini sebagian besar terkonsentrasi di kaki tenggara, dan selatan serta sebagian kecil di kaki timur dan utara.
Sedangkan sejarah letusannya, pada 1690 : Letusan besar, banyak penduduk menjadi korban, daerah rusak, disusul letusan pada 1770, 1777.
Pada 1780 terjadi aliran lava, 1803 : Letusan pada 3-15 April, 1807 : terjadi letusan pada 9 Mei, serta letusan 1809.
Disusul letusan pada 1815 : 15 Agustus, letrusan 1815/1816 : 21 September, letusan 1816 : 21-24 Oktober, letusan 1825 : 14 Juni, hutan di sekitar gunung terbakar, serta letusan 1827/1828.
Sedangkan letusan pada 1829 : beberapa kampung hancur, beberapa penduduk menjadi korban, letusan 1832 : 16 Januari, 8-13 Agustus, letusan 1833 : 1 September, letusan 1834/1835/1836 : Desember, serta letusan 1840 : terjadi aliran lava ke Cipanas.
Pada 1841 : 14 Nopember, letusan sangat besar sekitar 400.000 batang pohon kopi hancur, 1843 : 4 Januari dan 25 November tanah rusak, dan beberapa kampung terlanda, serta letusan pada 1847.
Karakter Letusan Eksplosif, dengan periode letusan antara 1800 hingga 1847 tercatat tak kurang dari 21 kali letusan.
Letusan itu berulang-ulang dalam tempo pendek, berlangsung paling lama lima sampai 12 hari.
Periode letusan juga berselang-selang antara 1, 2 dan tiga tahun dan ada kalanya letusan terjadi setelah masa istirahat enam, dan tujuh tahun.
Gunungapi Guntur tak berdiri sendiri sebagai kerucut tunggal, lantaran pada bagian puncaknya dicirikan adanya kerucut-kerucut tua bekas titik erupsi, merupakan satu kelompok besar Gunungapi Guntur.
Dari kelompok besar Gunung Guntur ini nampak dua buah kaldera, masing-masing Kaldera Pangkalan di sebelah barat, dan Kaldera Gandapura di sebelah timur.
Gunung “Guntur” juga mengingatkan nama putra sulung Presiden pertama RI, Ir Soekarno, “Guntur Soekarno Putera”.
*******
Compiler : M. Hendrasto (totok@vsi.esdm.go.id)
Editor : Mas Atje Purbawinata, Asnawir Nasution.
Pada “Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi (PVMBG).
Fotografer : John Doddy Hidayat,
Produksi : 2014.