Potensi Pupuk Organik “Bagendit” Dilibas Pupuk Kimia

Potensi Pupuk Organik “Bagendit” Dilibas Pupuk Kimia

922
0
SHARE

“Kepala Dinas DLHKP Bungkam Tak Berkomentar”

Garut News ( Selasa, 08/04 – 2014 ).

Asep Sal Bersama Mesin Pencacah Potensi Limbah Eceng Gondok/Gulma.
Asep Sal Bersama Mesin Pencacah Potensi Limbah Eceng Gondok/Gulma.

Berlimpah ruahnya potensi pupuk organik berbahan baku eceng gondok, atawa tanaman gulma lainnya pada hamparan perairan Situ Bagendit, Banyuresmi, Garut, Jawa Barat, selama ini terlibas, bahkan dilibas beragam produk pupuk kimia.

Sehingga meski terdapat mesin pengolah atawa pencacah limbah tanaman liar tersebut, tetapi tak bisa dimanfaatkan maksimal.

Lantaran sebagian besar petani pengguna pupuk kimia, pesanan para tengkulak maupun bandar bersistem ijon.

Asep Sal Bersama Ombi Kelola Permentasi Pupuk Organik Eceng Gondok.
Asep Sal Bersama Ombi Kelola Permentasi Pupuk Organik Eceng Gondok.

Agar produktivitas pertanian tanaman pangan mereka  terpacu maksimal, padahal pupuk organik lebih ramah lingkungan, malahan tak merusak struktur tanah.

Demikian dikemukakan Asep Sal(64), dan rekannya Ombi(50) kepada Garut News bersamaan diselenggarakan “Lounching Beberesih Obyek Daya Tarik Wisata Situ Bagendit” oleh bupati setempat, Rudy Gunawan, Selasa sore (08/04-2014).

Dikemukakan kedua Pengelola pasar Bagendit itu, berlimpah ruahnya potensi pupuk Organik Bagendit itu, kalah pamor dengan pupuk kimia.

Apalagi para tengkulak lebih dekat dengan petani, bersistem ijon tersebut, katanya.

Sedangkan mesin pencacah bisa sekali beroperasi selama delapan jam, menghabiskan tiga liter bahan bakar solar.

Namun setiap jam dapat memproduksi 300 kg cacah eceng gondok serta tanaman gulma lainnya, kemudian di permentasi, dan bisa langsung dimanfaatkan pemupukan.

Limbah Eceng Gondok dan Tanaman Gulma Situ Bagendit.
Limbah Eceng Gondok dan Tanaman Gulma Situ Bagendit.

Paling bagus bagi pemupukan tanaman palawija atawa hortikultura, ungkap Asep Sal serta Ombi.

Mereka juga mengelola kios, terdapat 35 kios seputar obyek wisata ini, tetapi aktif beroperasi hanya 17 kios.

Lantaran sangat tak memadainya kondisi infrastruktur penunjang, di antaranya tak dimiliki areal parkir kendaraan, serta kondisi ruas jalan sangat tak memadai.

Terkait permasalahan tersebut, termasuk kegiatan lounching beberesih, Kepala “Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan” (DLHKP), Toni Tisna Somantri bungkam dan kecut, dia tak mau berkomentar apapun.

“Diperlukan Perencanaan Terukur”

Ir Ajat Sudrajat.
Ir Ajat Sudrajat.

Pemerhati lingkungan di Garut, Ir Ajat Sudrajat kepada Garut News katakan, mengelola obyek wisata dan lingkungan Situ Bagendit, diperlukan perencanaan terukur.

“Intens” melalui proses koordinasi, serta komitmen bersama.

Sebab aset ini, tak hanya dikelola Pemkab setempat, melainkan terdapat institusi teknis terkait.

Di antaranya Dinas Pariwisata, DLHKP, BP DAS, bahkan Pemprov Jabar.

Sehingga penanganan, serta pengelolaaannya dinilai tak bisa sporadis atawa “tabrak lari”.

Melainkan idealnya melalui proses perencanaan dan koordinasi lintas sektoral, secara memadai, terukur serta jelas fokus kegiatannya.

Toni Tisna Somantri.
Toni Tisna Somantri, Bungkam dan Kecut.

Ajat Sudrajat, juga menyerukan pula, penanganan dan pengelolaan potensi Situ bagendit tak bisa berkonsepkan sesaat.

Jika beragam potensi berlegenda Nyi Endit tersebut, berkeinginan tak selalu terkubur atawa terbenam eceng gondok, serta tanaman liar gulma lainnya, beber Ajat Sudrajat.

 

*****

 

Esay/ Foto : John Doddy Hidayat.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY