Jakarta, Garut News ( Sabtu, 12/07 – 2014 ).
– Indonesia Police Watch mendorong kepolisian mengadopsi konsep revolusi mental.
Siapa pun presiden terpilih nanti diharapkan bisa menuntaskan perubahan kultural di kepolisian.
“Dampak dari kurang maksimal kultur kepolisian tersebut adalah jajaran kepolisian seakan tidak mampu memberi kepastian hukum kepada banyak pihak (masyarakat),” kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane, dalam diskusi bulanan Forum Wartawan Polri, di Markas Polda Metro Jaya, Jumat (11/7/2014).
Apabila kepolisian juga menerapkan konsep revolusi mental, Neta berharap tak akan lagi terjadi kasus-kasus salah tangkap, rekayasa kasus, pungutan liar, dan aksi kriminalitas lain yang melibatkan anggota kepolisian.
Menurut Neta, penerapan revolusi mental akan meningkatkan profesionalitas di jajaran kepolisian, membersihkan jasa dan pelayanan kepolisian dari beragam aksi suap, mendorong batasan waktu yang jelas untuk penanganan perkara, serta pengawasan internal yang lebih maksimal.
“Yah diharapkan langkah-langkah itu dapat memperbaiki sikap, kinerja, dan perilaku kepolisian, sehingga hubungan polisi dengan masyarakat kian membaik ke depannya,” imbuh Neta.
Selain Neta, hadir pula menjadi pembicara diskusi ini adalah anggota Komisi Kepolisian Nasional Edi Saputra dan Nasser, psikolog forensik Reza Indragiri, dan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto.
Penulis | : Desy Hartini |
Editor | : Palupi Annisa Auliani/Kompas.com |