Indeks Kesehatan Garut Terendah Pada Dimensi Pembentuk IPM

Indeks Kesehatan Garut Terendah Pada Dimensi Pembentuk IPM

989
0
SHARE
Rosa (19) pengungsi amuk Sungai Cimanuk Garut, Jawa Barat, Selasa (04/04-2017), sekitar pukul 13.00 meninggal dunia setelah empat hari melahirkan anak pertama di RSU dr Slamet. Korban meninggal diperkirakan mengalami kelelahan setelah melahirkan anak pertamanya perempuan, yang juga diprediksikan lahir prematur pada usia kandungan sekitar tujuh bulan.

“IPM Garut Urutan ke-16 di Provinsi Jabar”

Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat

Garut News ( Senin, 22/07 – 2017 ).

Rosa (19) pengungsi amuk Sungai Cimanuk Garut, Jawa Barat, Selasa (04/04-2017), sekitar pukul 13.00 meninggal dunia setelah empat hari melahirkan anak pertama di RSU dr Slamet. Korban meninggal diperkirakan mengalami kelelahan setelah melahirkan anak pertamanya perempuan, yang juga diprediksikan lahir prematur pada usia kandungan sekitar tujuh bulan.
Rosa (19) pengungsi amuk Sungai Cimanuk Garut, Jawa Barat, Selasa (04/04-2017), sekitar pukul 13.00 meninggal dunia setelah empat hari melahirkan anak pertama di RSU dr Slamet.
Korban meninggal diperkirakan mengalami kelelahan setelah melahirkan anak pertamanya perempuan, yang juga diprediksikan lahir prematur pada usia kandungan sekitar tujuh bulan.

Meski komponen indeks kesehatan 2016 meningkat menjadi 78,09 dibandingkan 2015 silam (77,98).

Namun pertumbuhannya paling rendah atau 0,14 persen dibandingkan pertumbuhan komponen indeks pengetahuan, dan indeks daya beli dalam capaian dimensi pembentuk IPM Kabupaten Garut 2016 yang bertenger pada angka 63,64.

Sedangkan pertumbuhan indeks pengetahuan 2016 (0,42 persen), yang pada 2015 (55.18) menjadi 55,41 pada 2016, bahkan pertumbuhan komponen indeks daya beli 2016 mencapai 1,52 persen, lantaran pada 2015 (58,69) meningkat menjadi 59,58 pada 2016.

Sumber BPS-RI yang dikutip Garut News, Senin (22/05-2017), juga menunjukan kendati ada peningkatan namun pertumbuhan IPM kabupaten ini pada 2016 masih dibawah satu digit atau bertengger pada angka 0,68 persen. Lantaran IPM Garut 2015 (63,21) meningkat menjadi 63,64 pada 2016.

Dengan 0,68 persen tersebut, maka dalam pertumbuhan IPM 27 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Garut berada pada urutan ke-16, menyusul Kota Bogor bisa menduduki urutan pertama dengan pertumbuhan IPM mencapai 1,15.

Disusul urutan kedua Kota Banjar, ketiga Sukabumi, keempat Purwakarta, kelima Cirebon, Keenam Subang, ketujuh Bandung, kedelapan Bekasi, kesembilan Bandung Barat, ke-10 Kota Tasikmalaya, ke-11 Bogor, ke-12 Cianjur, ke-13 Karawang, ke-14 Majalengka, ke-15 Kota Sukabumi, dan ke-16 Garut (0,68).

Kemudian ke-17 Indramayu, ke-18 Tasikmalaya, ke-19 Ciamis, ke-20 Kota Depok, ke-21 Kota Bandung, ke-22 Kota Cirebon, ke-23 Kuningan, ke-24 Kota Bekasi, ke-25 Kota Cimahi, ke-26 Pangandaran, serta urutan ke-27 Sumedang.

“Sedangkan pertumbuhan IPM Provinsi Jawa Barat, juga bertengger dibawah satu digit atau 0,79”

Bappeda Garut.
Bappeda Garut.

Dalam pada itu, “Badan Perencanaan Pembangunan Daerah” (Bappeda) Kabupaten Garut, kini antara lain memprioritaskan upaya konkrit peningkatan “Indek Pembangunan Manusia” (IPM) kabupaten setempat.

Di antaranya berupa peningkatan komponen indeks kesehatan masyarakat sebagai salah-satu komponen pendukung capaian IPM itu.

“Sehingga diselenggarakan Rapat Persiapan Pencanangan Program Peningkatan IPM Kabupaten Garut,” ungkap Kepala Bappeda Ir H. Deni Suherlan di ruang kerjanya, Kamis (18/05-2017) lalu.

Helatan ini, kata dia, merupakan salah-satu upaya pula. Sebab meski telah digelar Musrenbang untuk 2018 mendatang. Namun Musrenbang cakupannya sangat luas sehingga diperlukan proses prioritas peningkatan IPM itu, katanya pula.

********

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY