Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Jum’at, 03/03 – 2017 ).
Pergantian Direktur Utama PT Pertamina (persero) menjadi momentum untuk menunjukkan kesungguhan berbisnis perusahaan pelat merah itu. Jangan lagi ada titipan kepentingan politik atau perorangan yang disisipkan dalam agenda kerja direktur utama yang baru.
Nakhoda Pertamina harus fokus meraup untung demi mengisi kas negara, menggenjot produksi minyak, mencukupi kebutuhan bahan bakar dalam negeri, hingga menyusutkan keran impor. CEO Pertamina kali ini juga diharapkan “betah” menjabat. Sebab, dalam 14 tahun terakhir sudah tujuh orang silih berganti menduduki posisi tersebut.
Pergantian direktur utama kerap terjadi seiring dengan bergulirnya rezim kepemimpinan nasional. Kondisi ini menunjukkan kentalnya muatan politik yang bikin seret pengembangan perusahaan.
Pertamina dihantam dari sisi struktural maupun fungsional. Penggerogotan dari sisi struktural terlihat dari penambahan posisi wakil direktur utama pada Oktober 2016, yang akhirnya menciptakan “matahari kembar”.
Kekonyolan terjadi karena tugas pokok dan fungsi wakil direktur utama beririsan dengan direktur utama-meski kemudian posisi tersebut dihapus. Ditambah rencana pemerintah membentuk holding (induk) badan usaha milik negara, termasuk Pertamina, yang belum tentu mampu membuat kinerja perusahaan negara moncer.
Dari sisi fungsional, kepentingan politik ataupun perorangan tampak dari proyek impor minyak hingga pengadaan/penjualan aset yang ujung-ujungnya merugikan perusahaan dan berbau korupsi. Impor solar dadakan pada Januari lalu, misalnya, memaksa Pertamina mengeluarkan anggaran lebih besar karena harus membayar dengan harga lebih tinggi.
Kejaksaan Agung juga sedang menelisik dugaan korupsi pengadaan kapal pendukung kegiatan lepas pantai yang diduga melibatkan Ahmad Bambang, bekas Wakil Direktur Utama Pertamina.
Ada tiga kandidat yang bersaing memperebutkan kursi Direktur Utama Pertamina yang kosong sejak Dwi Sutjipto dicopot pada 3 Februari lalu. Mereka adalah mantan Direktur Utama Bank Mandiri, Budi Gunadi Sadikin; Direktur Gas Pertamina yang juga pelaksana tugas direktur utama, Yenni Andayani; serta Direktur Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi.
Siapa pun yang terpilih-dari kalangan internal ataupun eksternal-hendaknya menyadari Pertamina merupakan satu-satunya perusahaan negara yang “menggenggam” hajat hidup rakyat. Karena itu, pemimpinnya harus profesional, tegas, transparan, dan fokus sebagai dirigen irama kerja di perusahaan yang mengelola aset Rp 700 triliun itu.
Tunjukkan jiwa kepemimpinan, segera tuntaskan friksi di dalam, putuskan siapa yang layak menempati posisi strategis di jajaran internal, maksimalkan produksi minyak di enam kilang, pastikan ketersediaan pasokan bahan bakar, dan lakukan ekspansi bisnis ke depan.
********
Tempo.co