Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Selasa, 15/08 – 2017 ).
Tingginya “Angka Kermatian Ibu” (AKI) dan “Angka Kematian Bayi” (AKB) di Kabupaten Garut saat melahirkan, mendapatkan penyikapan serius dari komunitas Forum Peduli Masyarakat Madani/ FMM ‘Kami Siaga’ (Komunitas Aliansi Masyarakat Indonesia – Sayang Ibu dan Anak Garut).
Berupa 12 kegiatan rencana tindak lanjut, yang digelindingkan pada “Pertemuan Penguatan FMM Tahap ke-2” di Gedung Koperasi Warga Kesehatan Jalan Pahlawan N0. 10 Garut, Selasa (15/08-2017).
Rencana tindak lanjut tersebut, terdiri memberikan informasi layanan kesehatan yang jelas kepada masyarakat (melahirkan pada fasilitas kesehatan/bidan), menginformasikan proses penyadaran masyarakat terkait administrasi, KTP, kartu keluarga, dan lainnya (termasuk kepada suami dan lingkungan terdekat).
Kemudian menyebarkan informasi tentang layanan rujukan melalui media poster, leaflet dan lainnya (ambulance serta fasilitas kesehatan lainnya), call center yang bisa dihubungi jika terjadi masalah/ kendala pada fasilitas kesehatan.
Disusul menghidupkan/mengaktifkan kembali desa siaga, pemantauan/pengumpulan informasi dari setiap Posyandu sebagai deteksi dini, penguatan penyadaran terhadap masyarakat, sosialisasi kesadaran imunisasi dan ‘Gerakan Masyarakat Hidup Sehat’ (Germas).
Selanjutnya sinergitas antara fasilitas dan personil bidang kesehatan dengan kelembagaan (FMM) dalam proses advokasi, harmonisasi dan kemiteraan antara bidan dan paraji, sosialisasikan kelembagaan (FMM) di kecamatan prioritas, dan deklarasi pembentukan FMM kecamatan.
Serta mengupayakan menciptakan kebahagiaan di lingkungan keluarga.
Penyebab tingginya kasus kematian ibu di Kabupaten Garut, mencapai 60,8 persen akibat eklamasi atau hipertensi pada kehamilan, dan pendarahan. Sedangkan penyebab tingginya kasus kematian bayi, 72,03 persen lantaran berat badan lahir rendah, serta asfiksia atau sesak.
Namun dari penyebab tingginya kedua kasus tersebut, tak hanya semata masalah kesehatan, ungkap Kepala Dinas Kesehatan, dr H. Tenni Sewara Rifai, M.Kes.
“Misalnya hipertensi itu, bisa terjadi lanataran gaya hidup atau pola makan, juga kasus kasus kematian ibu akibat pendarahan bisa pula terjadi karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pertolongan, karena perjalanan jauh dan jalannya rusak, sehingga butuh waktu lama mengirim ibu ke fasilitas kesehatan” tandasnya.
Dikemukakan pula, kematian bayi akibat berat badan lahir rendah bisa terjadi sebab ibu hamil kurang asupan gizinya, atau ada penyebab lainnya.
“Sehingga terjadinya kasus-kasus kematian tersebut, sangatlah dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar kesehatan”
Tentunya, hal itu harus menjadi pemikiran kita bersama, kita perbaiki bersama, secara bersinergi, dan terintegrasi, baik lintas program maupun lintas sektor. Bahkan dengan pelibatan pemberdayaan masyarakat secara aktif.
Termasuk organisasi terdapat di masyarakat dan media massa, tokoh agama maupun pemuka masyarakat. Agar mereka dapat berperan serta dalam upaya penyelamatan ibu dan bayi di kabupaten ini.
Sesuai dengan peran dan fungsi mereka masing-masing, terutama pada upaya mengedukasi masyarakat. Serta mengajak mereka supaya lebih peduli, dan terlibat langsung berupaya penyelamatan ibu dan bayi di kabupatennya, imbuhnya.
“Kita juga belajar dari kabupaten lain memiliki masalah yang nyaris sama dengan Kabupaten Garut terkait tingginya kematian ibu dan bayi, tetapi mereka berhasil menekan kasus kematiannya melalui upaya disebut Program Emas,” katanya pula.
Dikatakan, “Indek Pembangunan Masnusia” (IPM). Merupakan indikator penting pengukur keberhasilan upaya membangun kualitas hidup masyarakat/penduduk, dengan tiga dimensi dasar terdiri usia panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.
Terkait dimensi umur panjang dan hidup sehat, sangatlah dipengaruhi angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan angka kematian kasar.
Pada 2016 di Kabupaten Garut terjadi 74 kasus kematian ibu, serta 333 kasus kematian bayi. Yang menyebabkan posisi Kabupaten Garut, berkasus kematian ibu dan bayi tertinggi di Provinsi Jawa Barat.
Karena itu, pertemuan penguatan “FMM” Tahap Kedua diharapkan, secara bersama-sama bisa mengoptimalkan upaya penyelamatan ibu dan bayi di kabupaten ini, dengan rencana aksi nyata dan mampu kita implementasikan di masyarakat.
Sehingga berdampak baik dan memiliki daya ungkit nyata terhadap upaya penyelamatan ibu dan bayi, maka diserukan dapat maksimal memanfaatkan pertemuan tersebut dengan sebaik mungkin, imbuh Tenni Sewara Rifai.
*******