Esay/Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Jum’at, 22/09 – 2017 ).
Banyak pengungsi korban terdampak amuk Sungai Cimanuk Garut, Jawa Barat, akhirnya mereka pasrah menerima takdir. Meski telah satu tahun lamanya berdomisili pada “hunian sementara” (huntara).
Bahkan ada pula korban yang semula mengungsi di huntara, terpaksa kembali ke kampung halamannya. Kendati rumah yang ditempati di Kampung Kikisik berkondisi sangat membahayakan pada lokasi bekas dilanda banjir bandang tersebut.
——-Sedangkan yang kini masih menghuni huntara rumah susun milik PU, di antaranya Ny. Ai bersama suami dan dua anak kandungnya juga menyatakan pasrah dengan takdir.
“Mau direlokasi kemana pun atau tetap dijadikan penghuni tetap disini terserah pemerintah,” katanya kepada Garut News, Jum’at (22/09-2017).
Ungkapan senada dikatakan pula oleh suaminya Zainal (47), yang kini kembali berprofesi sebagai penjual nasi di depan RSU dr Slamet Garut.
Sementara itu, istrinya membuka usaha warung di rumah susun berlantai empat, yang kini dihuni sekitar 96 kepala keluarga atau sekitar 362 pengungsi terdampak prahara 20 September 2016 silam.
Mereka kemukakan pula, jika nantinya harus menempati tower rumah susun di Margawati dengan kewajiban membayar sewaan, juga siap melaksanakannya.
Mereka pun mengaku berupaya keras melupakan peristiwa banjir bandang puncak amuk Sungai Cimanuk, meski masih menyisakan traumatis berkepanjangan.
Justru kini berupaya menepis ingatan mengingat saat terjadinya tragedi itu, antara lain dengan menyibukan diri mencari nafkah.
“Agar bisa memenuhi kebutuhan pokok keluarga sehari-hari,” ungkap mereka.
********