“Intensitas Kunjungan Wisatawan Kian Menurun”
Fotografer : John Doddy Hidayat
Garut News ( Rabu, 09/08 – 2017 ).
Kini intensitas kunjungan wisatawan ke obyek wisata pemandian air panas “Cipanas Indah” (CI) di Kecamatan Tarogong Kaler Garut, Jawa Barat, cenderung terus mengalami penurunan signifikan hingga mencapai 60 persen dari biasanya.
Terutama lantaran kian menurunnya kondisi temperatur air panas pada obyek wisata favorit di kabupaten tersebut sejak memasuki Ramadlan 1438 H, sekitar Juni 2017 lalu.
Sehingga para pengelola CI pun meradang, bahkan kebingungan mengatasinya. Mereka hanya bisa mengusap dada melihat banyak langganan pengunjung terutama rombongan anak sekolah beralih ke tempat pemandian air panas dikelola pihak lain milik swasta.
Kalangan pelancong lebih memilih menginap di kamar hotel di luar CI sebab suhu air panas di lingkungan CI semakin dingin. Meski harga tiket masuk kolam renang/pemandian air panas maupun penginapan yang lain terbilang lebih tinggi daripada di CI.
Suhu air di sumber mata air yang memasok ke lingkungan CI pun kini diperkirakan di bawah 20 derajat Celcius, malahan mendekati hangat-hangat kuku. Pada sumber mata air panas yang dibangun berupa kolam tembok persis di belakang kolam rendam itu nyaris tak terlihat kepulan uap menandakan mendinginnya suhu air.
Padahal daya tarik wisata utama kawasan itu, keunggulan kondisi airnya. Selain debitnya berlimpah, jernih, tak berbau belerang, juga suhunya cukup panas berkisar 37 – 46 derajat Celcius. Sehingga sangat cocok untuk therapi kesehatan bagi mereka mengalami keluhan rematik, penyakit kulit, atau kelelahan.
“Biasanya, siang hari juga selalu ada pengunjung ke kolam renang. Tetapi sekarang sangat jarang. Bahkan rombongan anak-anak sekolah juga sekarang banyak beralih ke yang lain. Sekalipun harga tiketnya di diskon besar, mereka tetap enggan. Katanya, bukan harga jadi soal, melainkan suhu airnya. Mendingan mahal namun sehat, daripada murah tapi sakit. Begitu katanya,” ungkap Kepala Unit Pelaksana Teknis CI pada Disparbud kabupaten setempat Herman, Rabu (09/08-2017).
Dikemukakan,, meski pihaknya berupaya maksimal melakukan penataan fasilitas khususnya sekitar areal kolam renang, seperti penambahan bak tumpah bagi areal kolam renang anak-anak, dan memerindah tembok kolam dengan lukisan panorama alam bawah laut, namun masih tak mampu menarik minat pengunjung.
Bahkan dari sekian banyak suara pengunjung pada kotak saran disediakan, nyaris 95 persen mengkritisi satu hal sama, yakni merendahnya suhu air kolam renang. Termasuk air di bak rendam.
“Meski juga selama 24 tahun sebenarnya tak pernah ada perombakan vital besar-besaran sejak CI dibangun, namun pengunjung tak mengusiknya. Mereka hanya protes kondisi air agar diperhatikan,” imbuh Herman.
Tarif tiket kolam renang CI saat ini dipatok Rp10.000 per anak tanpa teh botol, dan Rp 15.000 dengan teh botol. Tarif dewasa Rp15.000 per orang tanpa teh botol, dan Rp20.000 per orang dengan teh botol. Sedangkan tarif kamar rendam Rp30.000 per kamar tanpa teh botol.
Melorotnya tingkat kunjungan wisatawan ke CI membuat Herman kini ketar ketir, apakah mampu atau tidaknya merealisasikan pencapaian target Pendapatan Asli Daerah (PAD) CI pada Tahun Anggaran 2017.
Apalagi bersaing dengan usaha wisata pihak swasta yang sama-sama mengandalkan air panas sebagai jualan utamanya dengan fasilitas lebih baik. Padahal sebelumnya dia optimis PAD dari CI tahun ini bisa mencapai Rp2 miliar melebihi target ditetapkan Rp1,6 miliar.
“Ketika pertama kali saya ditugaskan di CI, sejak Mei akhir hingga Desember 2016, PAD tercapai bahkan melebihi target sekitar Rp1,6 miliar. Tahun ini tadinya saya optimis bisa mencapai Rp2 miliar, dengan catatan suhu airnya panas. Namun dengan kondisi air di luar dugaan seperti sekarang, jadi pesimis. PAD saat ini baru tercapai Rp700 juta,” katanya.
Saat ini, ungkap Herman pula, kondisi suhu air untuk kolam renang maupun kamar rendam masih terbantu dengan pasokan air dari sumur bor milik masyarakat. Sehingga suhu air tak terlalu dingin seperti halnya air pada kolam renang prestasi, atau kolam ikan.
“Tapi ke depannya, tak tahu seperti apa. Sebab sebulan lagi akan dicabut karena air akan digunakan pemiliknya,” ujar Herman.
Maka menjaga kondusivitas dan aktivitas CI tetap berlangsung, pihaknya kini lebih memokuskan perhatian pada keseimbangan pembayaran gaji operasional karyawan CI yang jumlahnya mencapai 40.
Karena itu, Herman berharap ada perhatian serius Pemkab Garut serta DPRD terhadap kondisi perkembangan kawasan wisata pemandian air panas milik Pemkab itu.
Apalagi banyak menggantungkan hidupnya dari aktivitas wisata merupakan ikon wisata Kabupaten Garut sejak zaman Pemerintahan Kolonial Belanda tersebut.
“Setidaknya kian mendesak, perlu dicoba kemungkinan dilakukannya pengeboran sumur bor untuk mendapatkan sumber air panas baru bagi CI,” imbuhnya pula.
**********
(NZ).