Peneliti Flu Burung Dikukuhkan Menjadi Guru Besar

Peneliti Flu Burung Dikukuhkan Menjadi Guru Besar

685
0
SHARE

Surabaya, Garut News ( Ahad, 18/01 – 2015 ).

Ilustrasi. (Ist).
Ilustrasi. (Ist).

Universitas Airlangga mengukuhkan tiga guru besar sekaligus, Sabtu, 17 Januari 2015. Ketiganya yang bergantian menyampaikan orasi ilmiahnya di Aula Garuda Mukti di Kampus C di Mulyorejo, Surabaya, itu adalah Chairul Anwar Nidom, I Ketut Sudiana, dan Tini Surtiningsih.

Chairul Anwar Nidom, 56 tahun, dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang ilmu biokimia dan biologi molekuler di Fakultas Kedokteran Hewan.

Dia menyampaikan orasi ilmiahnya yang diberi judul “Peran Biologi Molekuler dalam Antisipasi Bioterorisme dan Penyiapan Vaksin Biodefens Menuju Kemandirian Bidang Kesehatan dan Ketahanan Bangsa Indonesia”.

Nidom dikenal sebagai peneliti virus dan vaksin flu burung juga flu babi hingga yang kini sedang digelutinya, yakni vaksin biodefens yang mengkaji aspek-aspek bioterorisme.

“Saya mengajak untuk melihat timbulnya penyakit-penyakit yang strategis bukan berarti karena adanya rasa takut yang berlebihan, tapi melihat aspek global yang terjadi,” kata penanggung jawab Avian Influenza Research Center ini.

I Ketut Sudiana, 59 tahun, dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang patologi anatomi di Fakultas Kedokteran.

Makalah yang disampaikannya berjudul “Pengembangan Kemoterapi Nutrisi Kombinasi (KNK) sebagai Kandidat Terapi Kanker di Masa Mendatang”.

“Kalau Pak Nidom takut bioterorisme, saya takut dengan kanker,” katanya.

Ketut memberi catatan jumlah kasus kanker yang terus bertambah di Indonesia. Adapun upaya menanggulanginya dirasa belum optimal dan sering malah memberikan efek samping yang merugikan pasien.

Ketut mengungkapkan upayanya membuat metode kemoterapi yang tidak merusak, tapi justru melindungi sel normal.

“Konsep dari Kemoterapi Nutrisi Kombinasi adalah menghambat sintesis DNA dan memanfaatkan enzim spesifik yang dimiliki sel normal dalam upaya memilih nutrisi yang diberikan sebagai bahan dasar sintesis DNA,” katanya.

Tini Surtiningsih, 54 tahun, mendapat pengukuhan jabatan guru besar dalam bidang mikrobiologi tanah dan tanaman di Fakultas Sains dan Teknologi.

Orasi ilmiah yang disampaikannya berjudul “Peran Biofertilizer dari Campuran Mikroorganisme sebagai Upaya Meningkatkan Produktivitas Tanaman Pangan Nasional”.

Tini memberi penekanan pada penggunaan pupuk kimia yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem pertanian.

“Nitrat yang berlebihan dari pupuk urea akan tercuci ke sungai dan burung-burung air di sana bisa mengalami kelumpuhan di kaki,” kata penghasil empat paten biofertilizer ini.

WURAGIL/Tempo.co

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY